Rebutan yang (Masih) Berlanjut

Saya kira, dulu sudah selesai. Ternyata, perkara rebutan PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia alias CTPI masih terus lanjut. Berita terakhir ternyata sama seperti dulu: Mbak Tutut menang (lagi).

Saya sebenarnya tidak ingin memosisikan diri pada satu sisi. Tapi yang saya lihat sepanjang bersama MNC, TPI menjadi lebih berkembang, walaupun tidak terlalu signifikan, tapi TPI lumayan mendapat tempat di masyarakat. Yang paling saya ingat adalah KDI dan API, selain sebuah kuis yang entah apa namanya, saya lupa, kalau tidak salah Game Zone. Tapi, satu yang paling menonjol (sekali lagi ini menurut saya) adalah Benteng Takeshi yang impor dari Jepang itu.

Hingga kemudian mulailah badai menerpa TPI. Yang paling saya ingat di awal adalah kasus pailit. Semua mendukung TPI dan akhirnya TPI batal disebut pailit. Kemudian rebutan Tutut-HT, yang kemudian dimenangkan Mbak Tutut. Tapi bukan berarti Mbak Tutut langsung memiliki TPI lagi, karena TPI yang berada di bawah MNC milik HT, karena dianggap kurang bagus, akhirnya diubah menjadi MNC TV pada 2010. Slogan juga diubah dari “Makin Indonesia Makin Asyik Aja” menjadi “Selalu di Hati” yang oleh beberapa tweeps pada 2010 diplesetkan menjadi “Selalu di HT”. Hasil pengubahan ini kemudian dibuktikan oleh Nielsen yang menempatkan MNC TV di posisi kedua televisi di Indonesia, setelah RCTI.

Tiga tahun berlalu sejak TPI berubah menjadi MNC TV, berbagai proses hukum yang terus berlanjut akhirnya kembali membawa berita di Oktober 2013 ini, bahwa Mbak Tutut adalah penguasa CTPI. Pihak MNC masih “diam” sambil melakukan konsolidasi di dalam perusahaan, seperti yang diberitakan di beberapa media massa daring yang saya baca. Proses hukum nampaknya akan terus berlanjut (lagi).

Mbak Tutut punya cita-cita untuk mengembalikan TPI sesuai dengan namanya, pendidikan. Sebuah idealisme yang cukup baik. Tapi, yang menjadi pertanyaan adalah mampukah misi pendidikan bertahan di era persaingan yang sangat ketat ini?

Penyiaran berkualitas dan mendidik menjadi impian semua orang, katanya. Sayangnya, hal ini berbanding terbalik dengan hasil survey yang menunjukkan sinetron yang menurut banyak orang kurang mendidik itu, ternyata masih menjadi tontonan utama. Artinya, walaupun banyak orang sadar negeri ini membutuhkan penyiaran yang baik, ternyata selera masyarakat dalam jumlah lebih besar di negara yang masih berkembang ini masih lebih menghendaki yang kurang baik itu.

CTPI bermain di area swasta yang otomatis harus bersaing mencari keuntungan, kecuali kalau punya permodalan yang benar-benar kuat untuk bisa bertahan dengan idealisme itu. Sama seperti MTV Indonesia yang berusaha bertahan dengan idealisme musik dan hiburan, bagus, tapi ternyata di Indonesia masih tidak laku. Buktinya? MTV Indonesia kini sudah menghilang dari layar Global TV.

Televisi dengan idealisme, dari beberapa kasus yang saya baca, sebenarnya hanya bisa bertahan di TV berbayar. Seandainya MTV Indonesia bermain di TV berbayar sejak awal, mungkin MTV Indonesia masih akan berjaya (ini kultwit dari siapa ya? Ada yang tahu atau ingat? @panca66 ya?).

Begitu pula dengan pendidikan, hanya bisa bertahan di jalur idealisme juga, seperti tvEdukasi yang dibiayai oleh pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud, malah berkembang jadi dua kanal dengan kehadiran tvEdukasi2. Stasiun televisi ini bertahan tentu karena permodalan yang cukup dari negara dan bermain di area idealisme. Kalau CTPI mau bermain dengan idealisme pendidikan dan dengan posisinya yang sekarang ini, satu-satunya jalan hanyalah permodalan yang kuat.

Tapi bukan berarti saya ingin bilang MNC TV sangat bagus dengan yang dilakukan sekarang. Secara bisnis, memang bagus sekali, posisi 2 nasional. Tapi kalau mau diperhatikan, isinya kan sama saja dengan RCTI, SCTV, dan INDOSIAR. Kalau ada yang berbeda ya dangdutnya itu, tapi saya sendiri sudah jarang mendengar dangdut, mungkin karena industri musik dangdut nasional juga sedang turun.

Siapapun penguasa CTPI nanti pada akhirnya, semoga bisa memberi kemanfaatan bagi Indonesia. CTPI Tutut mau jadi pendidikan, itu bermanfaat. CTPI MNC membiayai tim sepakbola ke luar negeri (dan salah satunya AREMA yang mau dibawa tur ke Spanyol), itu juga bagus. Apapun, semoga yang terbaik untuk CTPI.

Akhirnya, Ada Juga yang Adzan Lokal

“Mumpung pulang agak cepat, saya lihat-lihat semua channel sajalah”, begitu pikir saya ketika sampai di rumah. Saya langsung menekan tombol-tombol di TV (maklum, remotenya sudah rusak, TVnya pun sebenarnya sudah kurang layak dipakai karena sudah berumur 8 tahun, mungkin lebih beberapa bulan). Pukul 5.27 sore, TV lokal di Malang (kecuali DHAMMA TV) menyiarkan adzan (dulu DHAMMA TV sempat menyiarkan adzan, tapi sekarang tidak lagi).

Beralih ke TV jaringan, saya lihat atv dan ndtv sudah adzan juga. jtv malang ikut adzan dari jtv Surabaya, toh jarak adzannya tidak terlalu jauh. Kalau di kertas-kertas imsakiyah, jadwal imsakiyah Surabaya jika ingin diterapkan di Malang cukup ditambah 1 menit. Beberapa lembar yang lain malah menulis cukup +0.5 menit, alias 30 detik.

Kelompok TV lokal sudah, TV berjaringan juga sudah, tinggal 12 TV Jakarta (saya terpaksa bilang 12 karena NET. tidak punya siaran lokal, satu kemunduran dari zaman Spacetoon dulu). NET. ikut Jakarta, METRO TV, tvOne, antv, TRANS 7, TRANS TV, INDOSIAR, SCTV… Semuanya isinya dari Jakarta. TVRI… Ada adzan dari Surabaya, dan sekarang ini memang jamnya TVRI JAWA TIMUR, dalam pikiran saya. Lanjut lagi, Global TV, MNC TV, Jakarta semua, kemudian RCTI…

“Lho, kok doa setelah mendengar adzan?”, gumam saya dalam hati. Saya diam, menunggu doa itu habis, dan ikut berdoa juga, namanya juga habis adzan. Kemudian, muncul tulisan “selamat menunaikan ibadah Sholat Maghrib untuk wilayah Malang dan Sekitarnya”.

Akhirnya, yang saya tunggu muncul juga. Ada adzan lokal di Malang! Iya sih, sudah ada ndtv, sudah saya apresiasi juga kan waktu dulu itu? Spacetoon juga, tapi kan sekarang sudah hilang ditelan NET. dan malah tidak ada siaran lokal sama sekali. Adzan saja tidak ada, bagaimana siaran lokal? Tapi, kalo TV Jakarta adzan lokal, ya baru RCTI ini.

Sebelumnya sudah ada siaran lokal RCTI, tapi tingkat provinsi, RCTI JAWA TIMUR. Namun ternyata kalau urusan adzan, RCTI siarkan adzan di kotanya masing-masing. Rasanya, baru kali ini ada TV Jakarta yang adzannya tidak terpusat, baik terpusat dari Jakarta ataupun terpusat dari regionalnya. Mungkin baru beberapa waktu terakhir ini, tapi ya lumayan lah, daripada tidak, ya kan?

E-mail notifikasi komentar blog ini juga membuat saya mengetahui ada adzan lokal RCTI di Semarang. Teman saya juga bilang di wilayahnya ada adzan lokal. Apresiasi saya untuk RCTI mengenai adzan ini. Walaupun mungkin kebanyakan kita di sini tidak terlalu suka sinetronnya, malah mungkin tidak suka sama sekali, tapi setidaknya RCTI memulai langkah yang baik dengan adzan lokal di tiap pemancar. Semoga berikutnya ada siaran lokal RCTI Malang, bukan sekedar adzan saja.