TVRI dan MNC Jadi Penyedia Gambar Upacara Kenegaraan 17 Agustus 2019

Televisi Republik Indonesia alias TVRI dan Media Nusantara Citra alias MNC menjadi TV Pool Upacara Kenegaraan memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2019 ini. Hal tersebut dikonfirmasi langsung oleh Apni Jaya Putra dalam unggahan instagramnya 24 Juli lalu. Penjelasan mengenai hal ini dapat ditemukan pada unggahan fotonya bersama dengan rekannya dari MNC Group, Taufik.

Pada unggahannya tersebut Apni menjelaskan bahwa ia mengadakan rapat produksi 17 Agustus. Menurut Apni, penyiaran upacara 17 Agustus 2019 tersebut diamanahkan kepada TVRI dan MNC Group. Apni dan Taufik tidak kesulitan dalam rapat produksi ini karena mereka sebelumnya sudah akrab sejak bekerja bersama di RCTI maupun di KOMPAS TV.

Helmy Yahya Direktur Utama TVRI sendiri bilang dalam unggahan di instagramnya bahwa TVRI telah bertahun-tahun tidak ditunjuk untuk melakukan penyiaran upacara kenegaraan tersebut. Moderenisasi peralatan yang dilakukan bersama dengan perbaikan lainnyalah yang menurut Helmy Yahya membuat TVRI kembali dipercaya memproduksi siaran tersebut. Helmy Yahya menyebut akan ada 14 kamera canggih diterjunkan bersama OB Van terbaru TVRI untuk memproduksi siaran tersebut.

Sejatinya upacara kenegaraan memang satu hal yang sangat melekat bagi TVRI. Sepekan sebelum dimulainya Asian Games 1962, TVRI melakukan siaran perdana sekaligus siaran uji coba pelaksanaan upacara kenegaraan memperingati HUT Proklamasi Republik Indonesia. Namun demikian setelah kemunculan TV-TV swasta, TVRI jarang mendapatkan tugas dari negara untuk memproduksi siaran upacara tersebut, sekalipun setiap tahun TVRI tetap menyiarkan siaran upacara kenegaraan 17 Agustus tersebut.

Besok, dari stasiun televisi manapun Anda menyaksikan Upacara Kenegaraan 17 Agustus 2019 dalam rangka HUT ke-74 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, adalah kru produksi TVRI dan MNC yang mengerjakannya. Semoga TVRI dan MNC Group dapat menjalankan tugas sebagai TV Pool dengan lancar. Merdeka!

Uplink Bermasalah, Siaran mytv di Luar Jakarta Hilang

Stasiun televisi dengan misi pemberdayaan perempuan mytv hilang dari peredaran sejak Jumat (9/8/19) malam. Seorang kawan dari Medan mengabarkan hilangnya siaran mytv di televisinya. Setelah saya cek, siaran mytv di rumah saya saat itu berganti dengan color bar dari operator TV berbayar. Malam itu saya berkesimpulan mytv (mungkin) melakukan perbaikan sehingga menutup siaran lebih awal, dan sudah memberikan notifikasi pada TV berbayar sehingga kanalnya diisi color bar.

Namun, ternyata siaran mytv masih belum kembali sampai Minggu (11/8/19) malam ini. Siaran mytv di Medan nampak di-non-aktifkan setelah sebelumnya sempat berhasil mengudara dengan melakukan relay siaran yang ada di live streaming MIVO (yang baru saya ketahui ternyata jadi streaming resmi mytv di websitenya). Siaran mytv di rumah saya juga masih belum kembali, dan digantikan oleh siaran pengganti in-house TV berbayar.

Sampai artikel ini terbit, belum ada penjelasan resmi mengenai hilangnya siaran mytv di luar Jakarta. Merujuk ke instagram resmi stasiun televisi milik crazy rich Dato’ Sri Prof. Dr. Tahir, MBA pemilik Mayapada Group (yang juga punya saham di rtv), saat ini mytv mengalami gangguan pada output siaran mereka di satelit Palapa D. Kemungkinan inilah yang membuat stasiun daerah dan TV berbayar yang saya gunakan di rumah saya tidak bisa menyiarkan konten televisi yang dulunya bernama INtv, yang bermula dari siaran televisi lokal BANTEN TV.

Gangguan seperti apakah yang dialami mytv hingga siarannya tak bisa dinikmati di luar Jakarta selama beberapa hari? Sekali lagi sampai saat ini belum ada penjelasan resmi. Tapi yang pasti, frekuensi mytv di Palapa D kini berisi Info TV, in-house dari TV berbayar Topas TV yang juga merupakan grup dari Mayapada di bidang media, dan siaran di daerah (setidaknya pernah) diusahakan untuk diisi dengan mengambil siaran mytv secara live streaming, tapi tidak mulus berlangsung sehingga mytv tak bisa disaksikan dari luar Jakarta, kecuali dengan live streaming.

Bukan PHK yang akan Dilakukan NET.

Baru saja saya menulis opini soal program NET. hari Rabu (7/8/19) kemarin, lalu tiba-tiba saja sebuah laman media daring menaikkan berita (atau mungkin sebenarnya lebih tepat kalau saya bilang dugaan) bahwa NET. akan melakukan PHK. Jagat maya terutama twitter mendadak riuh dengan perbincangan soal itu, malah sampai jadi trending topic. Dalam artikel itu disebut sedang ada upaya rasionalisasi dari segi pegawai, dan menurut sumber tersebut yang tak ingin identitasnya ditampilkan, ia yang merupakan jurnalis senior di NET. sedang gundah gulana bahwa ia mungkin juga akan terimbas PHK yang akan diberlakukan perusahaan.

Terus terang, saya harus hati-hati sekali menulis soal ini. Program adalah sesuatu yang bisa dilihat dan kita nikmati langsung, maka cukup mudah bagi saya menulis opini. Selera penonton tidak bisa disalahkan, ya kan? Tapi bagaimanapun, sebagai orang yang menikmati program-program NET., saya harus tetap objektif dengan dukungan data rating dan share yang bertebaran di internet setiap hari, bahwa walaupun program-program itu saya sukai, tetap saja selera pasar berkata lain.

Namun, menulis soal SDM, saya tidak bisa beropini, pun tidak boleh saya buru-buru. Saya harus bisa mendapatkan jawaban dari pihak yang dibicarakan. Kalau tidak secara langsung, paling tidak saya harus mendapatkan pernyataan “yang punya dapur” yang ditampilkan oleh sumber yang kredibel, dalam hal ini tentunya adalah media massa.

Mendengar kabar bahwa NET. akan melakukan PHK, saya panik. Perusahaan kalau melakukan efisiensi bisa dengan banyak jalan. Tapi, apakah memang situasinya se-desperate itu sampai-sampai harus melakukan PHK?

Mencoba mencari jawaban, berkontaklah saya dengan beberapa teman. Jawaban yang dibagikan mereka yang ada di sentral maupun jaringan stasiun televisi itu kisaran jam 8 malam tadi membuat saya cukup lega. Bukan PHK, yang dilakukan sebenarnya adalah NET. menawarkan kepada karyawan yang berminat untuk mengajukan pengunduran diri.

Pernyataan datang dari Wishnutama sebagai Komisaris Utama, yang bilang bahwa tidak ada PHK. Lebih lanjut, Azuan Syahril sebagai COO PT Net Mediatama Televisi menjelaskan, bahwa perusahaan memang sedang mencoba melakukan efisiensi (jadi opini saya yang menduga ada upaya efisiensi melalui pola program yang baru secara tidak langsung terkonfirmasi di sini). Perusahaan mencoba melakukan efisiensi di berbagai sektor, termasuk dari segi SDM.

Azuan bilang, karyawan yang berencana mengundurkan diri secara sukarela dapat mengajukannya. Perusahaan menyebut bahwa pihaknya akan memberikan benefit kepada mereka yang mengajukan pengunduran diri tersebut. Memang tidak dijelaskan benefitnya seperti apa, tapi bagi yang mengajukan pengunduran diri, hal itu dipastikan akan dijalankan dengan kemufakatan, artinya kedua pihak sama-sama sepakat soal itu.

NET. sendiri tidak menjelaskan mengenai posisi keuangan mereka saat ini. Hanya saja tidak ada alasan secara finansial untuk melakukan PHK massal yang sifatnya sepihak. Dengan pernyataan tersebut, boleh kita berasumsi bahwa kondisi keuangan NET. tidak dalam kondisi yang sangat buruk, sehingga jalur efisiensi yang dilakukan pada sisi SDM bukanlah PHK, tetapi penawaran pengunduran diri secara sukarela.

Hari ini secara kompak banyak karyawan NET. mengunggah postingan campaign “Nonton TV Asiknya di NET.” melalui media sosial pribadinya. Mungkin ini adalah jawaban dari NET. kepada pemirsanya dan pada publik bahwa mereka sampai saat ini baik-baik saja. Sehingga, walaupun ada isu soal kebangkrutan yang bersliweran di kolom komentar konten YouTube mereka, atau di media sosial yang lain, atau bahkan ada banyak warganet +62 yang khawatir NET. akan pamit alias mengakhiri siarannya, NET. menjawab hal itu tidak akan terjadi sekarang ini.

Seriusan Liga Inggris (Cuma) di TVRI?

Disclaimer: artikel ini merupakan opini

Saya antara terkejut dan tidak mendengar TVRI akan menyiarkan Liga Inggris untuk musim ini. Memang sejak tahun-tahun sebelum ini, TVRI rajin mengejar hak siar pertandingan olahraga. Saya jelas tidak hafal apa saja, saya bukan penggemar semua olahraga. Tapi yang saya duga, tidak mungkin TVRI tidak berambisi mengejar kasta tertinggi, liga mana saja terserah manajemen, ya kan? Jadi, sampai di situ tidak ada yang mengejutkan.

Masalahnya, para penggemar Liga Italia menjadi kelompok masyarakat yang paling dikecewakan. Di situlah kejutannya. Saya cukup intens mengikuti perkembangan TVRI sejak dipimpin Helmy Yahya, dan Apni Jaya Putra yang jadi Direktur Program dan Berita di LPP TVRI saat ini sudah saya ikuti facebook dan tweetnya sejak jadi GM Production dan Editor in Chief SUNTV (sekarang iNews).

AJP pernah membuat survei yang lebih kurang bunyinya adalah, kalau TVRI menyiarkan kasta tertinggi liga sepakbola, mau yang mana? Hasil survei pengikutnya menunjukkan banyak sekali yang ingin Liga Italia yang disiarkan TVRI, lebih dari separuh peserta survei kalau saya tidak salah ingat. Lalu di pertengahan tahun 2019, jeng jeeeng, malah Liga Inggris alias Premier League yang diumumkan sebagai liga sepakbola kasta tertinggi yang akan disiarkan TV plat merah nasional itu.

Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Jadi, mari kita tambahkan ayam, bawang goreng, dan ijo-ijonya, jangan lupa kuah, dan mungkin kacang kalau suka. Tepat 21 Juni 2019, TVRI mengumumkan mereka akan menyiarkan Premier League, setidaknya untuk musim 2019-2020. TVRI sendiri mengonfirmasi akan menayangkan 2 pertandingan tiap pekan. Mau the big six atau tim gurem, ya itu tergantung Mola TV sebagai yang punya hak siar mau memberi TVRI pertandingan yang mana. Helmy Yahya yang katanya fans Manchester United juga tidak bisa minta ke Mola TV untuk terus-terusan menyiarkan tim setan merah itu. Tunggu, sok-sokan banget ya saya bilang the big six sama tim setan merah, ngerti bola aja ngga haha.

Oke, sampai di sini jelas ya, TVRI mendapatkan hak siar Premier League karena digandeng oleh Mola TV. Saya belum pernah dengar nama Mola TV, tapi rupanya mereka adalah pemain baru di industri penyiaran olahraga. Mereka perusahaan lokal, jadi keren juga bisa dapat hak siar yang selama ini dipegang oleh perusahaan internasional seperti beIN Sports atau ESPN Star Sports (eh sekarang udah jadi FOX SPORTS ding). Mola TV ini yang menerima lalu mengatur lembaga penyiaran mana yang boleh menyiarkan pertandingan apa.

Nah, seperti biasa, dalam hal industri sepakbola yang kapitalis karena salah satu sumber dana terlaksananya sebuah liga itu berasal dari hak siar (katanya), apa lagi industri sepakbola internasional, yang namanya hak siar harus ditaati syarat dan ketentuannya. TVRI sebagai stasiun televisi teresterial hanya boleh menyiarkan melalui frekuensi analog dan digital yang oleh pemirsanya ditangkap melalui antena dan hanya di Indonesia, jadi parabola tidak boleh, di internet juga tidak boleh. Menyiarkan melalui saluran lain akan berdampak pada denda dan sejumlah konsekuensi hukum lainnya.

Masalahnya, penduduk negara +62 ini selalu merasa hidupnya yang paling sengsara. Sudah banyak suara yang meminta agar TVRI tidak mengacak siarannya di parabola. Kalau dituruti, tentu TVRI harus bayar denda itu tadi. Nah, yang koar-koar minta siaran TVRI di parabola dibuka selama menyiarkan Liga Inggris itu, mau ngga ikutan bayar dendanya? Paling nanti bakal beralasan “lah itu urusan negara lah” sehingga tiba-tiba TVRI jadi milik negara, padahal waktu ngemis-ngemis minta siaran melalui parabola dibuka bilangnya TVRI milik rakyat. Dasar plin-plan. Eh kok saya julid bener ya di artikel ini. Skip skip.

TVRI sendiri sudah bersiap mempersenjatai diri dengan apa yang disebut pengguna parabola, sebagai “acakan maut” bernama Xcrypt (eh bener ngga ya gini tulisannya?) yang mungkin bakal digunakan untuk melindungi hak siar Liga Inggris tersebut. Sudah jadi rahasia umum kalau acakan BISS bisa dibuka oleh mereka yang punya dekoder pembuka acakan BISSkey yang mudah didapatkan di pasaran. TVRI tentu tak mau disalahkan lembaga penyiaran negara tetangga kalau tetap menggunakan BISSkey, lalu kode BISSnya dibongkar oleh para pengguna parabola dan menyebar sampai ke negeri seberang, jadi sekalian saja pakai Xcrypt itu (yah mungkin begini pikir para petinggi TVRI). Selain itu, tentu saja TVRI harus menghormati Matrix TV yang diizinkan Mola TV menyiarkan Liga Inggris pada basis satelit.

Sebagai yang punya hak siar untuk terestrial, adalah hak TVRI untuk mengatur mau disiarkan di saluran yang mana. TVRI cukup baik hati di sini, karena TVRI akan menyiarkan Premier League di TVRI 1 (alias TVRI Nasional) dan TVRI 4 (alias TVRI SPORT HD), jadi tidak di TVRI 1 saja atau di TVRI 4 saja. Nah, pada tataran ini, bagi yang ter…selimuti(?) siaran digital bisa memilih, mau nonton yang biasa saja atau yang High Definition. Tapi buat saya yang ada di Malang, pilihannya tentu saja hanya TVRI 1 alias TVRI Nasional.

Mari kita bicara pengalaman buruk penyiaran di TVRI, yang selalu menjadi momok bagi para Badminton Lovers, penonton sepakbola, atau penggemar olahraga apapun yang pertandingannya disiarkan di TVRI. Apa lagi kalau bukan siaran lokal? Ya, pemerintah memang sudah mewajibkan TV manapun, swasta maupun publik, selama siarannya berjaringan, untuk menyiarkan siaran lokal. Celakanya, seringkali kebijakan program siar TVRI Nasional tidak diselaraskan oleh TVRI lokal, yang berakibat tidak bisa disaksikannya siaran olahraga dari Jakarta. Siaran badminton saja bisa mendadak dipotong oleh berita dari TVRI lokal, atau bahkan acara anak-anak lokal.

Tapi setelah saya melakukan cek, jadwal pertandingan Liga Inggris ini semuanya di luar jam lokal terbaru TVRI yang sekarang ini diatur dua kali dalam sehari, yakni jam 8-10 pagi, dan jam 4-6 malam WIB. Secara teori, siaran Liga Inggris tidak akan terpotong oleh siaran lokal. Praktiknya? Tunggu dulu.

Bagi saya yang ada di Jawa Timur, ada satu hal yang saya takutkan akan terjadi: pagelaran wayang kulit semalam suntuk dalam rangka bla bla bla. Setidaknya setahun sekali, akan ada pagelaran wayang kulit dalam rangka ulang tahun Provinsi Jawa Timur, biasanya berlangsung kisaran bulan Oktober. Saya tidak tahu bagaimana dengan daerah lain, tapi semoga saja TVRI sudah mempersiapkan sebuah kebijakan mengenai siaran lokal “cabang-cabang” mereka yang ada di daerah, terutama kalau yang meminta penyiaran khusus adalah Pemprov setempat. Kalaupun Pemerintah Jawa Timur akan mengadakan wayang kulit semalam suntuk dan menggandeng TVRI Jawa Timur, semoga saja tidak di hari Sabtu atau Minggu, hehe.

Sudah cukup soal Liga Inggris? Tunggu dulu, di awal bulan ini ternyata ada TV lain yang mengklaim akan menyiarkan Premier League juga. Ini baru kejutan, karena yang juga akan menyiarkan Premier League itu adalah sebuah televisi lokal!

Stasiun televisi lokal tersebut mengudara pada frekuensi 55 UHF di Jakarta. Namanya adalah JAK TV. Kalau stasiun televisi lokal yang satu ini rasa-rasanya di tingkat nasional sudah banyak yang kenal.

Rupanya JAK TV akan menyiarkan siaran ulang Premier League, jadi bagi yang ada di Jakarta dan sekitarnya, kalau tertinggal menonton Premier League secara langsung di TVRI, bisa menonton siaran ulangnya di JAK TV. Hari dan jamnya belum diumumkan, jadi tunggu saja rilis resmi lanjutan dari mereka. Pengguna parabola, jangan terlalu banyak berharap dulu ya, walaupun siaran ulang, belum tentu juga siaran JAK TV di satelit tidak diacak selama penyiaran siaran ulang Premier League tersebut. Ingat, yang pegang hak siar Premier League di satelit adalah Matrix TV.

Baiklah, selamat menonton Liga Inggris alias Premier League 2019 di TVRI, Mola TV, Matrix TV, dan JAK TV!

Update (10/8/19): JAK TV tidak hanya akan menyiarkan siaran tunda Premier League. JAK TV juga akan menayangkan satu pertandingan Premier League secara live setiap bulan. Belum saya ketahui apakah pertandingan yang disiarkan secara langsung satu kali dalam sebulan itu adalah pertandingan yang sama atau berbeda dari TVRI

NET.: Nostalgia Enak Tenan

Disclaimer: artikel ini merupakan opini

Menonton siaran televisi yang mengudara di 58 UHF Malang Raya ini berasa seperti berada dalam sebuah lorong waktu. Bayangkan saja, penghuni awalnya adalah Spacetoon, Saluran Masa Depan. Setelah beberapa tahun, penghuninya berubah jadi NET., Televisi Masa Kini. Sekarang, apa yang disiarkan oleh NET.?

Kala menonton televisi yang sejatinya bernama News and Entertainment Television ini dari pagi sampai sore hari, buat saya, terasa seperti nostalgia. Televisi ini dari pagi sampai siang menyiarkan kartun, seperti pendahulunya, dan awal dari NET. sendiri yang dulunya memang punya slot NET.OON dengan kartun sisa dari Spacetoon, sekarang namanya jadi NET.TOON dengan kartun dari Cartoon Network. Lalu di siang hari, ada NET. Classic, dengan isi program lama televisi yang ditayangkan kembali. Jadwal itu berlaku setidaknya sampai Juli 2019 kemarin. Memasuki bulan Agustus, slot siang hari diisi dengan… Yak, program lama milik NET. sendiri. Nostalgia lagi kan?

Itulah kenapa saya membuat judul seperti yang bisa dibaca di atas itu. Ya, nampaknya NET. sedang melakukan penghematan besar-besaran. Saya menganggap perubahan pola program itu biasa, tapi perubahan pola program yang dilakukan NET. setelah munculnya NET.TOON, buat saya, sangat radikal.

Boleh dibilang, NET. sejak akhir 2018 banyak menghilangkan program-program yang, anggap saja itu ciri khasnya. Program berita seperti Indonesia Morning Show, NET. 10, dan NET. 12 dihilangkan, program talkshow dan variety seperti Sarah Sechan dan Pagi-Pagi juga hilang. Semuanya digantikan oleh program kartun.

Tak kalah radikal, di siang sampai sore hari juga ada perubahan program. NET. Classic muncul dengan FTV lawas lalu dilanjutkan dengan Suami-Suami Takut Istri, tayang persis setelah NET.TOON. Tidak hanya itu, program musik Breakout sempat diutak-atik dengan pengubahan konsep, dan setelah sekian lama akhirnya bisa mengudara secara langsung alias live. Apakah masih ada Breakout di sore hari? Kelihatannya sudah tidak ya?

Sementara itu pada malam hari, kebanyakan program tidak mengalami perubahan signifikan. Memang ada sedikit pergeseran jam tayang pada beberapa program, tapi saya melihat tidak sampai ada program yang hilang. Walaupun begitu, saya masih mendengar akan ada program baru di malam hari, yang artinya kembali akan ada satu atau dua program malam di NET. yang akan dihilangkan dan digantikan oleh program baru itu. Program apa yang dihilangkan dan apa program barunya, tidak akan saya bongkar di sini.

Di internet, entah di twitter maupun instagram, banyak “Good People Garis Keras” yang protes soal perubahan program yang radikal itu. Jiwa kekinian mereka meronta-ronta, tercabik-cabik karena hilangnya banyak program. Banyak akun media sosial program-program NET. yang “pamit”, entah kapan kembalinya.

Perubahan strategi program ini boleh jadi berkaitan dengan perubahan personil yang terjadi di dalam NET.. Walaupun perubahan program sudah terjadi sejak akhir 2018, pergantian CEO di stasiun televisi berumur 6 tahun itu baru terjadi pada April 2019. Wishnutama, berdasarkan apa yang disampaikan di instagram pribadinya, bilang bahwa ia kini menjadi Komisaris Utama. Sederhananya, boleh kita bilang dia naik jabatan di perusahaan yang didirikan oleh Agus Lasmono pemilik perusahaan tambang Indika tersebut. Deddy Sudarijanto kini yang menjadi CEO di PT Net Mediatama Televisi.

Beberapa rekan juga mencermati hilangnya sejumlah nama dari credit title program yang ditayangkan oleh NET.. Buat saya, nama-nama yang hilang itu memang berkaitan dengan Wishnutama. Mereka adalah orang-orang yang masuk dalam “gerbong bedol desa” yang terjadi pada 2013, ketika banyak orang yang berbondong-bondong meninggalkan TRANS Corp untuk bergabung dengan NET.. Ke mana perginya mereka? Saya sendiri saat ini belum bisa mengonfirmasi.

NET. sendiri kini telah meninggalkan “Televisi Masa Kini” sebagai campaign utama di layar kaca. NET. sekarang menggemakan tagline “Nonton TV Asiknya di NET.” sebagai campaign terbaru, sekalipun “Televisi Masa Kini” masih bisa ditemukan di website mereka, setidaknya sampai saat artikel ini diterbitkan. Banyak yang berspekulasi, campaign baru ini adalah buntut dari “kebangkrutan NET. yang meminta penontonnya kembali menyaksikan program mereka melalui televisi daripada melalui saluran lain.” Isu kebangkrutan seakan tidak bisa dihindarkan dari stasiun televisi itu. Saya tidak mau berpendapat lebih jauh soal itu, selain kebanyakan program baru mereka saat ini terlihat begitu diusahakan agar bisa dieksekusi dengan biaya yang seefisien mungkin.

Saya sendiri diberitahu seorang rekan yang bekerja di stasiun TV di Surabaya, bahwa kini tidak lagi nampak ada aktivitas di Biro NET. Jatim. Siaran berita lokal Jawa Timur juga tak lagi nampak di layar kaca. Entah ke mana perginya program itu, tapi yang pasti menurut cerita yang saya dengar, banyak karyawan (atau mantan?) yang saat ini berusaha untuk bisa mendapat “kapal baru” dengan berpindah ke stasiun televisi lain.

Cerita berbeda saya dapatkan dari Jogjakarta. Di sana siaran berita lokal masih rutin berjalan seperti biasa, menurut seorang rekan yang bekerja di stasiun TV di sana. Cerita dari Jawa Barat juga tak jauh berbeda, akun YouTube NET. Jabar terpantau masih aktif mengunggah berita, tanda bahwa situasi di sana baik-baik saja.

Lalu, apa dampak dari perubahan program dan campaign terbaru dari NET.?

Berdasarkan pantauan teman-teman di davenirvana1 maupun dari sejumlah sumber lain yang saya amati, nampak NET. mulai ada perbaikan kinerja, walaupun masih labil. Sebelum ada perubahan program yang radikal itu, NET. sangat konsisten berada di urutan 11 atau 12 perolehan rating dan share. Setelah adanya perubahan program, NET. mulai bisa masuk 10 besar, bersaing dengan TVRI Nasional yang juga mulai sering masuk 10 besar dengan tayangan olahraganya, dan meninggalkan beberapa stasiun televisi berita di urutan bawah. Namun, tidak selalu stabil, NET. masih terlempar kembali ke ranking bawah sesekali, kadangpun hampir terbawah dari 15 stasiun televisi yang masuk dalam survei. Walaupun demikian, semua perombakan yang dilakukan NET. belakangan ini boleh dibilang cukup berhasil menimbulkan anomali dan perbaikan dari segi jumlah penonton.

Suatu hari pada pertengahan tahun 2018, adik sepupu saya bertanya mengapa NET. belum juga bisa jadi stasiun televisi nomor 1 saat dia melihat data rating dan share yang ada di internet. Saya menjawabnya sederhana, “selama program NET. tidak diubah, masih begitu-begitu saja, selama itulah posisi NET. akan begitu.” Sekarang, dugaan saya terjawab, mereka mulai bisa merangkak naik, walaupun baru bisa naik 1-2 peringkat saja, tapi akhirnya bisa masuk 10 besar setelah beberapa tahun, dengan pola program barunya.