Apa itu HD?

Sebenarnya saya tidak terlalu pintar dalam urusan ini. Pasti ada yang lebih paham. Tapi, sepengetahuan saya, HD itu Harley Davidson (lho?). Iya, High-Definition. Jadi ini adalah suatu sistem yang mana siaran televisi disiarkan dengan format 720 atau 1080, entah itu i atau p. Apa itu i dan apa itu p, saya kurang paham sih selain tahu kalau kepanjangannya adalah interlaced dan progressive. Yang tahu bedanya, share ya 🙂 tapi yang saya pahami katanya 1080p itu lebih mantap sih gambarnya daripada 1080i, apa lagi 720p.

Nah, apa yang membedakan HD dan SD? Ya jelas garis di layarnya, seperti yang saya sebut di atas, garisnya bisa 720 atau 1080 garis satu layar. Ukurannya bisa 1280×720, atau juga 1920×1080. Dengan standar ini, maka format layarnya pasti 16:9. Tapi, yang namanya 16:9 belum tentu HD. Jadi jangan terkecoh, karena sering sekali saya temukan di bagian komentar menyebut “Channel ini SD tapi kualitasnya sudah HD”. Jangan karena tampilannya 16:9 kemudian disebut HD. Kan sudah sering saya bilang: “HD pasti 16:9 tapi yang 16:9 belum tentu HD”.

Tapi waktu saya “bermain” dengan Windows Movie Maker, saya baru tahu kalau ternyata 4:3 pun bisa HD. Ukurannya 1440×1080. Tapi sepertinya ini jarang sekali dipakai. Buktinya, TV set diproduksi dengan format 16:9, sudah jarang atau bahkan mungkin tidak ada pabrikan yang menghasilkan TV set 4:3. Semua siaran televisi HDpun (yang saya tahu sampai sekarang ini) menggunakan 16:9, tidak pernah pakai 4:3.

Sebenarnya apa sih tujuannya menulis artikel ini? Ngga ada sih, cuma pingin mempertegas aja, kalau HD pasti 16:9, tapi yang 16:9 belum tentu HD 🙂 walaupun ya itu tadi, ternyata HD juga bisa 4:3. Teliti lagi berapa jumlah garis yang digunakan oleh stasiun televisi yang bersangkutan. Kalau masih 480 atau 576, ya jangan dibilang HD 🙂

TVRI di Ujung Tanduk

Sepanjang 2013 ini banyak sekali perhatian kita diambil oleh TVRI. Mulai dari isu HD sampai masalah politik. Urusan HD, semuanya sepakat “itu cuma isu” walaupun belakangan di siaran terrestrial digital di Jakarta ada indikasi TVRI sudah mengujicoba HD.

Tapi isu yang paling menarik perhatian saya adalah isu akan terhentinya siaran TVRI karena DPR membintangi alokasi APBN untuk TVRI, artinya anggaran untuk TVRI tidak diberikan, kecuali untuk gaji karyawan TVRI. Artinya lagi, walaupun tidak bekerja, karyawan TVRI masih terjamin kesejahteraannya.

Jadi begini, kisruh dimulai ketika ada penayangan kegiatan politik dari suatu partai dalam durasi yang tidak wajar. Karena tayangan ini, TVRI mendapat peringatan dari KPI. Internal kisruh, saling tuduh siapa yang bertanggungjawab atas penyiaran itu. Semakin lama, kisruh semakin menjadi. Ada aksi pemecatan di internal TVRI, dan entah ada apa lagi di sana.

Kisruh di dalam TVRI membuat DPR RI menganggap TVRI tidak lagi ideal untuk beroperasi. Sebagai “hukuman”, DPR menghentikan alokasi dana operasional untuk TVRI di 2014. Alhasil, TVRI terancam tidak siaran di 2014.

Gertak sambal? Mungkin. Orang Indonesia ini dikenal sebagai orang yang suka mengancam, supaya maunya itu bisa jalan. Siapa cowok yang tidak pernah diancam ceweknya, supaya maunya si cewek itu bisa dipenuhi? (eh). Mungkin DPR ingin agar TVRI bisa kondusif kembali, caranya dengan membuat posisi TVRI menjadi terancam seperti sekarang ini. Tapi, idealkah dengan cara begini?

Masyarakat yang sudah cerdas sangat khawatir dengan kondisi media di Indonesia, khususnya televisi yang menguasai masyarakat Indonesia daripada media lainnya seperti radio atau koran. Semua mengkhawatirkan tayangan yang disuguhkan televisi, swasta terutama. Setidaknya 6 stasiun televisi telah terafiliasi secara langsung ke partai politik. Walaupun jarang dilirik (dilirik saja jarang apalagi ditonton), TVRI menjadi harapan masyarakat untuk mendapat tayangan yang berimbang. Ternyata, TVRI tetap kena “kasus politik”. Artinya, 7 televisi sudah diindikasi tidak berimbang dalam pemberitaan politik.

Dari 7 ini, kemudian ada beberapa pengamat komunikasi yang mempertanyakan “kenapa hanya TVRI?”

Saya kemudian jadi punya pendapat (atau pertanyaan) yang sama, kenapa hanya TVRI? Kenapa 6 TV swasta lainnya dibiarkan? Apakah karena swasta kemudian tidak ditegur? Padahal kan sama-sama pakai frekuensi publik.

Mungkin, karena 6 TV swasta ini dikuasai 3 partai, dan penontonnya ketika dijumlahkan jauh lebih banyak daripada 1 TVRI. Lihat saja “dewa rating & share” itu, kalau dijumlah kan memang jauh sekali, beberapa TV swasta itu ada di posisi atas, sementara TVRI ada di posisi juru kunci. Mungkin karena jumlah penontonlah, 6 TV swasta yang terafiliasi langsung itu tidak disentuh sama sekali oleh DPR. Padahal, masyarakat banyak yang menyuarakan kejengahannya dengan “TV Politik” itu, tapi DPR yang katanya perwakilan rakyat itu tidak mewakilkan suara masyarakat. Mungkin, kehilangan 1 TVRI tidak signifikan di 2014 nanti, karena hanya kehilangan sedikit penonton, daripada harus kehilangan lebih banyak penonton dari 6 TV swasta. Kalau 6 TV swasta ditindak, mereka jadi tidak punya media kampanye dong, ya kan?

Memang disayangkan TVRI harus terkena kasus politik seperti ini. Tapi lebih disayangkan lagi ada 6 yang kena politik. Belum lagi ternyata beberapa kalangan masyarakat menilai 4 sisanya “kurang mendidik”. Jadilah kesebelasan televisi Jakarta itu dianggap “tidak sehat”. Kalau sudah begini, mau nonton apa? Sepertinya kita hanya bisa berharap “stasiun televisi” yang baru muncul agar bisa memenuhi unsur mendidik dan berimbang, dan bisa bertahan dengan idealismenya, walaupun mungkin dalam memperjuangkan itu harus “berlumuran darah”, karena kebanyakan media yang ideal itu jarang dilirik penyuntik dana (baca: pengiklan).

Selamat Datang di Rumah, BiG TV!

Teman-teman yang sudah baca blog saya dari lama pasti tahu saya pelanggan televisi berbayar. Baru-baru ini saya mengganti TV set di rumah saya. Kata dosen saya, TV dan alat elektronik lainnya baik digunakan selama 5 tahun, maksimal 7 tahun (kecuali handphone, maksimal 2 tahun). Sedangkan TV tabung di rumah usianya sudah 8 tahun. Maka beristirahatlah sementara ini si TV tabung dan berganti dengan TV LED. Semua TV yang diproduksi baru-baru ini sudah HD, setidaknya HD ready yang resolusinya 768 itu. Menyesuaikan dengan budget, maka terpilihlah sebuah TV LED 24″ (karena rumah saya kecil jadi tidak perlu sampai 29″ apa lagi 32″) HD ready.

Menarik ketika dulu operator lama menawarkan 10 kanal HD, tapi sekarang hanya tersisa satu: KOMPASHD. Datanglah sebuah operator baru bernama BiG TV. Saya segera memasukkan BiG TV ke kolom penilaian yang saya punya. Kanal-kanal yang saya rasa perlu saya bandingkan ke seluruh pay TV yang ada. Hasilnya, nilai BiG TV lebih besar dari yang lainnya, termasuk sang operator lama yang hasilnya beda tipis (saat itu. Sekarang susunan kanal di paket BiG TV berubah lagi dan makin memperjauh nilai keduanya). Sejak November saya ingin menggunakan BiG TV, tapi selalu tertunda.

Ternyata, tertunda ini ada dampak baiknya. Tiba-tiba BiG TV memberikan promo diskon 50% dari harga sebelumnya, gratis biaya pemasangan dan biaya bergabung pula. Akhirnya, karena kebetulan juga sempat, mendaftarlah saya untuk BiG TV. Dengan 360an ribu untuk 9 bulan ke depan, saya dijanjikan instalasi segera dilakukan dalam 2 atau 3 hari setelah pendaftaran.

Masalahnya, dalam 2 atau 3 hari itu saya sibuk sekali. Akhirnya saya tunda ke hari ke-5. Sialnya, di hari ke-5 itu, dosen saya datang terlambat, mengajar dengan durasi yang (terlalu) panjang, dan alhasil installer yang sudah datang ke kawasan rumah saya (tidak sampai ke rumah saya yang berada di kawasan padat penduduk) pergi setelah 1 jam menunggu saya yang tidak bisa dihubungi karena sinyal di kampus sangat “suram”. Akhirnya, dijadwalkan kembali di hari ke-7 setelah pendaftaran.

Di hari ke-7, hampir saja janjian dengan installer batal, karena saya harus pergi. Janjiannya jam 12, sedangkan jam 3 saya harus pergi, dan installer tidak kunjung sampai di jam 14.30. Tapi saya putuskan untuk menunda pergi saya itu ketika installer baru datang di jam 14.45. Ngga enak saja, “hujan-hujan begini, masa sudah datang dari jauh (ketika saya telpon di awal, mereka sedang ambil alat dari lokasi yang jauh dari rumah saya di kawasan utara Kabupaten Malang, sedangkan rumah saya di Kota Malang bagian agak selatan), saya suruh balik?” Tapi di sisi lain saya khawatir saya akan menunda kepergian saya dalam waktu yang lama karena instalasi itu, apa lagi kondisi hujan, saya berpikir “pasti susah cari sinyalnya”.

Tapi ternyata, mereka (para installer itu) hanya butuh waktu 1 jam. Cepat sekali, kalau dibanding instalasi 2 tahun lalu yang butuh waktu dari siang sampai malam, sekitar 6 jam. Sempat bermasalah dengan HDMI dan TV saya, tapi saya tidak pedulikan itu, karena saya harus pergi. Saya pikir “pasti bisa saya atasi nanti”.

Pulang dari janjian dan dari kantor, saya cek di rumah. Ternyata ID saya sudah aktif! Yeay! Tayangan yang semula hanya berisi preview channel (yang semuanya adalah inhouse channels FiRsT MEDIA), sudah lengkap 202 channel. Segera saya coba HDMI yang tadi sempat gangguan itu. Ternyata TV set saya yang minta di-restart. Tadaaa! Akhirnya dekoder saya berfungsi secara HD (tentu bersama TVnya yang akhirnya bisa menangkap gambar HD, hehehe).

Semua kanal saya cek. Beberapa masih “Coming Soon” seperti NDTV Good Times dan beberapa lainnya. Tapi yang sebenarnya paling mendesak untuk dicek adalah kanal HDnya. Segera saya lihat. Hmmm, bening seperti kristal (lebay ya? Hehe).

Tapi perbandingannya memang sangat jauh antara operator lama dan BiG TV. Saya mencoba membandingkan keduanya menggunakan kanal yang saya rasa sama adilnya, AlJazeera English, karena kedua operator ini punya kanal tersebut. Hasilnya?

Dengan operator lama, gambarnya buram sekali, sedangkan dengan BiG TV, gambarnya jernih. Padahal sama-sama SD. Mungkin, yang membuatnya sangat jauh berbeda adalah karena dekodernya, yang lama pakai kabel RCA, sedangkan BiG TV sudah pakai HDMI. Jelas berbeda jauh dong ya antara RCA dengan HDMI. 576 vs 1080 sih, hehe.

Akhirnya saya coba membuat perbandingan yang lebih adil: masalah sinyal. Keduanya sama-sama menggunakan frekuensi Ku. Artinya, keduanya sebenarnya sama-sama tidak tahan terhadap hujan. Saya tidak terlalu bermasalah dengan itu, sudah dua tahun saya mengalami itu, terutama saat musim hujan. Memang beda jauh dengan frekuensi S seperti yang digunakan Indovision yang dengan cuaca apapun masih tembus, dan saya juga mengalaminya karena di kawasan kantor ada Indovision, atau mungkin frekuensi C seperti TelVis yang juga cukup tahan terhadap hujan. Sekarang bulan Desember, musim hujan, jadi tinggal tunggu momen, alias menunggu hujan.

Akhirnya hujan tiba. Saya kembali beraksi di depan TV (sound effect: ching!) (maaf lebay). Saya mulai dari yang sudah bertengger dari lama. Begitu hujan menjadi lebih deras, sinyal hilang. Saya pindah ke BiG TV, sinyalnya juga hilang. Nah, adil deh, sama-sama hilang.

Tapi yang perlu dicermati adalah proses recovery sinyalnya. Dalam waktu yang tidak terlalu lama setelah curah hujan menurun (alias jadi tidak terlalu deras), sinyal BiG TV segera kembali, sedangkan sinyal operator lama baru tertangkap lagi sekitar 30 detik kemudian. Artinya, sinyal BiG TV memang dipancarkan dengan power lebih kuat sekarang ini. BiG TV menang lagi.

Akhirnya saya cek kembali semua kanal BiG TV. Walaupun SD, tapi gambarnya cukup jernih, malah hampir sama jernihnya dengan yang HD. Jadi kesimpulannya, selama sepekan ini saya pakai BiG TV, cukup memuaskan. Tapi waktu saya dekati TV set saya, ternyata HDnya sedikit kurang tajam, kalau dibandingkan dengan video yang saya putar dari laptop yang juga HD dan pakai kabel HDMI juga. Tapi itu tidak terlalu masalah, toh tetap jernih seperti kristal, jadi ya tetap bisa dinikmati dengan enak.

Sekarang ini saya memang pakai dua operator, tapi tidak masalah, saya hanya perlu membayar yang lama, karena BiG TV sudah dibayar sampai 9 bulan ke depan dengan promo tadi. Saya masih perlu belajar juga untuk membandingkan dua operator yang berbeda ini, biar ilmu saya bertambah. Selamat datang di rumah, BiG TV! Semoga tetap seperti ini sampai ke depannya. TV kabel rasa satelit, hehehe. CHANNEL [V] nya jangan hilang ya, biar ibu saya bisa tetap menikmati musik internasional (karena ketika CHANNEL [V] hilang dari operator yang lama, ibu saya protes ke saya berhari-hari hehehe).

Pilih untuk ATVDN+ 2013!

Survei sudah dibangun, link sudah ada, dan voila! Saatnya memilih yang teman-teman suka di kategori-kategori yang tersedia di ATVDN+ 2013!

Ada 10 kategori yang bisa teman-teman pilih seperti tahun lalu. Untuk segera memilih, klik:

https://www.surveymonkey.com/s/9K9F7GH

Selamat memilih! Kalau bingung dengan nominasi yang dimaksud, silakan cek tautan-tautan berikut:

OBB Berita
1. TOP News METRO TV: http://www.youtube.com/watch?v=VT01Fr38-PI
2. Redaksi TRANS 7: http://www.youtube.com/watch?v=2eM5jHtu9jk
3. Kabar tvOne: http://www.youtube.com/watch?v=SOChz765PjA
4. NET 17 NET: http://www.youtube.com/watch?v=cnrJfMr0dcY
5. KOMPAS KOMPAS: http://www.youtube.com/watch?v=DVNlk90bh4M

Musik Berita
1. METRO METRO TV: http://www.youtube.com/watch?v=XmA_NvMJO8g
2. Top News METRO TV: http://www.youtube.com/watch?v=VT01Fr38-PI
3. Kabar tvOne: http://www.youtube.com/watch?v=SOChz765PjA
4. NET 17 NET: http://www.youtube.com/watch?v=cnrJfMr0dcY
5. KOMPAS KOMPAS: http://www.youtube.com/watch?v=DVNlk90bh4M

Banner berita
1. METRO TV: http://www.metrotvnews.com/videoprogram/detail/2013/11/14/20953/30/Top%20of%20The%20Week/Top%20News
2. Lintas MNC TV: http://www.youtube.com/watch?v=xyG2n6W6R9M
3. Redaksi TRANS 7: http://www.youtube.com/watch?v=2eM5jHtu9jk
4. Kabar tvOne: http://www.youtube.com/watch?v=SOChz765PjA
5. NET NET: http://www.youtube.com/watch?v=CYUSeo4lxvE&list=PLzzBlUNz_7B3Jp4tkVCuRVUhE44PVgSXm

Hard Studio
1. NET NET: http://www.youtube.com/watch?v=CYUSeo4lxvE&list=PLzzBlUNz_7B3Jp4tkVCuRVUhE44PVgSXm
2. Redaksi TRANS 7: http://www.youtube.com/watch?v=2eM5jHtu9jk
3. Reportase TRANS TV: http://www.youtube.com/watch?v=JW95d7TiDys
4. Indonesia TVRI: http://www.youtube.com/watch?v=JGOBDNo5wdw
5. METRO METRO TV: http://www.youtube.com/watch?v=UvRpHDKsVwM

Virtual studio
1. Buletin Indonesia Global TV: http://www.youtube.com/watch?v=vwObbRMF96Q
2. Metro Kini 8-11 METRO TV: http://www.youtube.com/watch?v=_LtX4dNtvuE&feature=youtu.be
3. Lintas MNC TV: http://www.youtube.com/watch?v=xyG2n6W6R9M
4. Kabar tvOne: http://www.youtube.com/watch?v=SOChz765PjA
5. KOMPAS KOMPAS: http://www.youtube.com/watch?v=DVNlk90bh4M

Promo Program
1. TRANS 7 sebelum: http://www.youtube.com/watch?v=f7CWT5d1VQk
2. TRANS 7 setelah: http://www.youtube.com/watch?v=N8gyT3bSVlY&feature=youtu.be
3. B CHANNEL: http://www.youtube.com/watch?v=tTQwhUpgaVQ
4. Global TV: http://www.youtube.com/watch?v=iGdVoSfcNcw&feature=youtu.be
5. TRANS TV: http://www.youtube.com/watch?v=2kAz4ZF1APg

Station ID
1. TRANS TV: http://www.youtube.com/watch?v=9s25N5paHG4
2. TRANS 7: http://www.youtube.com/watch?v=1dK4UUrzdP8
3. KOMPAS: http://www.youtube.com/watch?v=maxncLxLSWE
4. INDOSIAR: http://www.youtube.com/watch?v=qOqyr2dC0WU
5. jtv: http://www.youtube.com/watch?v=zTIPWv0dpws

Website

atvdn+ 2013 web antv

atvdn+ 2013 web b channel

atvdn+ 2013 web kompas

atvdn+ 2013 web net

atvdn+ 2013 web transtv

Pemilihan di ATVDN+ 2013 berlangsung sampai 5 Januari 2014

 

Bersiaplah untuk ATVDN+ 2013!

Anugerah Televisi Versi Dave Nirvana + teman-teman pengunjung davenirvana1 (ATVDN+) 2013 akan digelar. Teman-teman bisa mendukung televisi favorit dalam kategori-kategori yang banyak berhubungan dengan desain-desain televisi dan berita televisi seperti tahun lalu. Tautan untuk memilih akan dibuka selama 10 hari mulai akhir Desember 2013 sampai awal Januari 2014, tanggal akan diberitahukan segera.

Jika tahun lalu teman-teman harus membayangkan yang mana yang masuk nominasi, kali ini telah diusahakan ada tautan ke video yang akan membantu teman-teman untuk memilih mana yang akan teman-teman pilih. Sebagian video mungkin kualitasnya kurang bagus, jadi video yang nanti teman-teman tonton bisa menjadi refrensi, dan untuk lebih jelasnya bisa ditonton di TV masing-masing, sebelum memilih. Tapi kalau ternyata desain yang masuk nominasi merupakan desain lama, berarti hanya video itu yang membantu. Tapi yang pasti, desain yang masuk nominasi tidak di luar yang dipakai televisi di tahun 2013.

Seperti biasa, peserta ATVDN+ adalah stasiun televisi yang bersiaran secara berjaringan se-Indonesia dan dapat disaksikan di Malang, kota tempat saya tinggal. Sementara untuk penyedia konten, minimal harus ada 3 di Malang.

Tahun ini, televisi Stasiun Sistem Jaringan (SSJ) yang ada di Malang adalah:
TVRI Nasional – Jakarta (42)
antv – Jakarta (44)
B CHANNEL – Jakarta, melalui ndtv (24)
Global TV – Jakarta (30)
INDOSIAR – Jakarta (38)
jtv – Surabaya (34)
METRO TV – Jakarta (55)
MNC TV – Jakarta (36)
NET. – Jakarta (58)
RCTI – Jakarta (40)
SCTV – Jakarta (46)
TRANS TV – Jakarta (22)
TRANS 7 – Jakarta (60)
tvOne – Jakarta (54)

Sementara untuk Penyedia Konten yang bisa disaksikan di Malang adalah:
KOMPAS, melalui atv Batu (32)
tempotv, melalui Batu tv (48)
tvEdukasi, melalui TVRI (42)

Itulah calon peserta yang desainnya akan masuk di daftar nominasi ATVDN+ 2013. Bersiaplah, amati siarannya, dan pilih desain terbaik di ATVDN+ 2013, segera!

Bergabunglah di group facebook “davenirvana1 World” https://www.facebook.com/groups/new.dn1/

Selamat Tinggal, Berlian dan Batu Safir!

Besok, TRANS TV dan TRANS 7 berulang tahun. Disebut ulang tahun ke-12, mengikuti ulang tahun TRANS TV dari hari lahirnya, 15 Desember 2001. Logo ulang tahunnya biasa saja, angka 12 besar, dengan logo TRANS Corp. di bawahnya, secara garis besar sama seperti tahun lalu.

Bedanya, kalau setahun lalu logo TRANS Corp (atau TRANS Media) hanya untuk ulang tahun, tahun ini logo TRANS Corp akan menjadi logo on-air dari kedua televisinya, TRANS TV dan TRANS 7. Singkatnya, kedua TV ini akan berganti logo. Setidaknya begitu menurut press release yang berlangsung 12 Desember 2013 kemarin, seperti dimuat di website TRANS TV.

Saat tulisan ini ditulis, logo baru TRANS 7 sudah beredar, setidaknya di twitter, sekira 2 minggu. Sedangkan logo TRANS TV baru benar-benar saya lihat di Reportase Utama hari Sabtu 14 Desember 2013 sore. Logonya keduanya hampir sama.

Logo baru, kita hampir mengetahuinya. Kita akan segera “kehilangan” logo lama sebentar lagi.

20131214 Sampai Jumpa Berlian dan Batu Safir P01

Ini adalah dua logo yang sangat unik. Keduanya memiliki filosofi yang sangat kuat. Keduanya terinspirasi dari batuan alam, seperti yang ditulis di website masing-masing.

Logo TRANS TV dinyatakan terinspirasi dari berlian. Kilaunya disebut sebagai kilau refleksi kehidupan dan adat istiadat dari berbagai pelosok Indonesia. Belah ketupat digambarkan sebagai bentuk berlian, dengan bagian atas bisa dibaca sebagai “T” dan yang bawah bisa dibaca sebagai “V”, sehingga jadilah TRANS TV.

Warna logo TRANS 7 diambil dari warna batu safir. Persegi empatnya melambangkan ketegasan, karakter yang kuat, serta kepribadian bersahaja yang akrab dan mudah beradaptasi. Namanya sendiri memang perpaduan dari TRANS Corp dan TV7, dengan TRANS sebagai nama perusahaan, garis vertikal yang memisahkan TRANS dan 7, saya tafsirkan sebagai huruf I, Ishadi S.K., dan 7 oleh sebuah blog ditafsirkan sebagai J, Jacob Oetama (logo TV7 dulu ada lingkaran yang dilambangkan sebagai huruf O, membentuk inisial Jacob Oetama).

Secara garis besar, berlian dan batu safir oleh kedua televisi disebut sebagai sesuatu yang tidak akan pernah berakhir. Berlian disebut sebagai lambang keabadian oleh TRANS TV. Sedangkan warna batu safir oleh TRANS 7 dilambangkan sebagai keindahan yang tak lekang oleh waktu.

Kedua logo ini sangat mengesankan buat saya. Logo TRANS TV di layar tidak pernah berubah selama 12 tahun (dan benar-benar tidak berubah, karena pada saat program maupun saat iklan logonya sama). Saya juga sangat terkesan dengan logo TRANS 7 yang sudah akrab untuk disaksikan sesuai dengan namanya, 7 tahun, sejak 15 Desember 2006.

Tapi, namanya juga di dunia, kalau kata band yang waktu itu masih bernama Peterpan, “Tak Ada yang Abadi”. Walaupun filosofinya abadi, tetap saja harus berubah. Selamat tinggal, berlian dan batu safir!

Apa Iya Salah TVnya?

Teringat sekali oleh saya, sekitar akhir Juli 2012, menemani saya sahur, saya secara bergantian menonton TVRI dan RCTI (tapi lebih lama saya nonton TVRI daripada RCTI, karena TVRI iklannya hampir tidak ada) pada pagi hari itu. Adalah Upacara Pembukaan Olimpiade London 2012 yang saya tonton. Menyenangkan sekali, tayangnya kebetulan pas dengan jam sahur, jadi tidak perlu “berkorban” untuk menyaksikan acara itu.

Saya tenang saja menyaksikan acara ini. Acara pembukaan itu memang sangat seru sekali, disiarkan langsung dari kotanya. Tapi kemudian ketenangan saya terusik oleh adegan… Benar, ciuman bibir.

Bagi saya, bukan adegan ciuman bibir itu yang mengganggu. Bukan ciuman bibir yang istimewa, hanya ciuman bibir yang biasa saja. Yang mengganggu ketenangan saya menyaksikan acara itu adalah pikiran saya sendiri tentang dampak ke stasiun TVnya: “ini kan acara yang disiarkan langsung, jelas tidak mungkin diedit, masa iya sih, TVRI sama RCTI bakal kena sanksi dari KPI?”

Ternyata betul, TVRI dan RCTI kena sanksi. Padahal saya rasa ini bukan sesuatu yang penting, okelah penting, karena kebanyakan masyarakat Indonesia masih belum bisa menerima budaya yang satu ini. Tapi yang paling penting kan sebenarnya ini siaran langsung, otomatis tidak semudah itu melakukan editing, kenapa masih kena juga?

Tapi sebenarnya, yang membuat saya membuat tulisan ini adalah karena antv dan tvOne. Saya menulis ini ketika pengundian grup untuk Piala Dunia 2014 di Brazil berlangsung. Kedua TV ini menyiarkan secara langsung pengundian ini, istilah kerennya simulcast. Jelas, standar baku penyiaran internasional yang dipakai, kan ini memang gelaran internasional, seperti Olimpiade London 2012 itu.

Apa yang membuat saya menulis ini? Lagi-lagi jawabannya adalah karena urusan aturan penyiaran di Indonesia. P3SPS melarang eksploitasi tubuh wanita. Banyak film yang kalau belahan dada wanitanya terlihat sedikit saja, sudah kena sensor, di jam tayang program klasifikasi D sekalipun.

Yang namanya film masih bisa disensor, ada editing. Tapi, sekali lagi, bagaimana dengan siaran langsung seperti pengundian grup di Piala Dunia 2014 kali ini?

Pembawa acara wanita, bajunya, bagi saya, biasa saja. Tapi, menurut orang Indonesia pada umumnya, bajunya “luar biasa” sekali. Jadi, sama seperti kasus TVRI dan RCTI tadi, yang membuat saya tidak tenang menonton pengundian ini bukan masalah pakaian atau bagian tubuh yang nampak itu, tapi yang membuat saya tidak tenang menontonnya adalah: “kira-kira nanti antv dan tvOne bakal kena sanksi ngga ya gara-gara mbak pembawa acara yang dari Brazil ini?”

Siaran langsung, apa lagi untuk program non-internal seperti ini, kita tidak akan benar-benar tahu seperti apa alurnya. Terutama adalah kapan kamera berganti dari satu kamera ke kamera lain, itu insidensial sekali. Kalaupun ada alur, sepertinya itu tidak akan menjelaskan secara detil, hanya secara umum saja. Jadi, mana mungkin disensor? Dalam hal pengundian ini, di Indonesia, kita tinggal terima saja dari Brazil, karena yang mengatur ya orang-orang yang di Brazil itu.

Jadi, untuk tayangan langsung berkelas internasional yang semacam ini, pertanyaan saya cuma satu, “masa iya sih, bukan TV kita di Indonesia yang pingin ada tayangan semacam ini, tapi TV kita yang kena sanksi? Apa iya salahnya TV di Indonesia kalau pembawa acaranya berpakaian begitu?”

Pertanyaan itu hanya berlaku untuk siaran langsung lho. Kalau sampai film/video klip/tayangan lain yang bersifat rekaman tidak disensor, ya itu salah TVnya, kan yang semacam ini masih bisa diedit. Ya walaupun menurut saya beberapa aturan terlalu lebay sih, seperti adegan merokok yang harus disensor. Ayolah, merokok kan bukan kejahatan. Pendapatan negara saja masih mengandalkan cukai tembakau. Tapi harus diakui merokok itu mengganggu mereka yang non-perokok sih, jadi ya kesadaran perokoknya aja untuk cari tempat lain untuk merokok. Eh, kenapa jadi ngebahas perokoknya ya? Ini kan lagi ngebahas tayangan TV. Tapi saya setuju sih, akan lebih sehat tanpa rokok.