Akhirnya, Semua Jadi KOMPAS TV

Tanggal 1 Februari 2014, ada yang berubah di layar hampir semua TV lokal jaringan KOMPAS TV. Di tanggal ini, hampir semua anggota jaringan berubah nama menjadi KOMPAS TV + nama daerah, setelah diawali dengan KOMPAS TV SURABAYA di November 2012.

Sistemnya, mudah saja. Di Jakarta, ktv Serang berubah nama menjadi KOMPAS TV. Selanjutnya, di wilayah lain, di bawah logo KOMPAS TV, ditambah nama daerah. Ketika siaran lokal, otomatis logonya berasal dari lokal sendiri. Sistemnya sama seperti TV ANAK Spacetoon di masa lalu.

Hampir semua, artinya ada yang khusus atau juga ada yang tidak berubah. Yang khusus (dan menurut saya membuatnya menjadi unik) adalah di Bali. Namanya memang unik, bukan KOMPAS TV BALI, melainkan KOMPAS TV DEWATA. Bagi saya, nama ini membuat merek KOMPAS TV di Bali, sekali lagi, unik.

Dua televisi yang tidak berubah nama adalah atv di Batu dan RBTV di Jogjakarta. atv tetap menggunakan logo dari KOMPAS TV, sedangkan RBTV yang termasuk paling baru di jaringan KOMPAS TV dilaporkan masih galau akan menggunakan logonya sendiri atau menggunakan logo “museo biru merah” khas jaringan KOMPAS TV.

ISL 2014… Sudahlah

Ya, terpaksa lah ya saya bikin judul yang sama dengan artikel sebelumnya. Masalahnya sama: hak siar.

Jadi begini, ISL 2014 sudah dimulai. Liga hasil penggabungan alias unifikasi liga ini diikuti 22 tim. Sistemnya dibagi dua wilayah, satu barat dan satu lagi timur. Lengkapnya seperti apa, saya kurang paham. Saya kurang ahli masalah sepakbola. Jadi langsung ke inti permasalahannya ya: hak siar (lagi).

Masalah hak siar ISL ini adalah hal (yang hampir tidak lagi) baru. Tahun 2013 lalu, orang-orang ribut karena antv dan tvOne diacak dan hilang di TV berbayar selama ISL berlangsung. Hal ini sudah menjadi sebuah indikasi bahwa ada masalah lisensi hak siar yang ingin diterapkan, setelah sebelumnya PSSI hanya mengatur TV mana yang dapat lisensi, tanpa mengatur boleh disiarkan di mana.

Selama bertahun-tahun, antv memegang hak siar ISL. Lebih jauh lagi, saya tidak ingat. Tapi pada tahun 2007 (seingat saya) antv pernah bilang mereka pemegang hak siar ISL selama 10 tahun, artinya sampai 2017. Tapi toh pada akhirnya peta kini berubah, sejak berakhirnya kisruh di PSSI yang katanya selama ini dikuasai oleh klannya Bakrie (sejujurnya saya kurang paham secara detil masalah ini).

Perubahan peta yang paling mencolok terjadi di tahun 2014 ini. Info yang saya dapat menyebutkan bahwa hak siar ISL kini tidak sekedar mengatur TV mana yang dapat lisensi, tapi juga mengatur tentang di mana ISL boleh disiarkan. Nampaknya PSSI sekarang mulai percaya diri bahwa liga yang mereka selenggarakan memang layak dijual. Hal ini terbukti, karena jualan PSSI yang bernama “hak siar” itu benar-benar terjual, alias laku. Ya sebenarnya hak siar ini sudah ada dari dulu, tapi baru benar-benar dijualnya sekarang. Ini menjadi pertanda baik bagi PSSI, bahwa mereka sekarang benar-benar punya uang dari jualan hak siar. Duitnya dipakai mengembangkan sepakbola Indonesia beneran ya bapak-bapak PSSI, biar kita bisa bikin prestasi dan akhirnya main di Piala Dunia, gitu, hehehe.

Jadi, PSSI menjual hak siar ini kepada BV Sports (ada yang bisa jelaskan BV Sports ini apa?). Selanjutnya, BV Sports ini yang kemudian menjual hak siar kepada TV terestrial dan TV berbayar. Jadi, BV Sports inilah yang berhak mengatur TV mana yang boleh dan tidak boleh menyiarkan ISL.

Kerjasama PSSI dan BV Sports terjalin sejak 2013, selama 10 tahun. Nilai investasinya 1,5 triliun rupiah. Besar juga ya angkanya. Nah, di 2013 lalu, antv dan tvOne yang mendapat hak siar terestrial, tapi tidak ada yang memperolehnya di TV berbayar. Alhasil, semua TV berbayar dan juga FTA diacak. Drama kemudian terjadi ketika Bakrie meminta kedua TVnya itu tidak mengacak ISL. Tapi toh pada akhirnya sampai musim berakhir, antv dan tvOne di TV berlangganan saya tetap tidak menyiarkan ISL, hanya UHF saja.

Di 2014 ini, peta berubah. Ada empat TV yang memperoleh hak siar ISL. tvOne, yang tahun lalu bersama antv menyiarkan ISL, mendapatkannya lagi. Kemudian ada KOMPASTV. Yang dua lagi, milik MNC, yaitu RCTI dan MNC TV. Keempat TV ini berhak menyiarkan ISL secara terestrial, alias di UHF. Sedikit menilik sejarahnya, KOMPASTV, RCTI, dan MNC TV ini pernah menyiarkan IPL pada saat kompetisi itu masih ada. Jadi bisa dibilang ketiga televisi ini punya pengalaman dalam penyiaran sepakbola dalam negeri.

Kalau di 2013 lalu TV berbayar tidak ada yang mendapat jatah ISL (kecuali belakangan INDOVISION yang tidak diacak ketika Bakrie meminta kedua TVnya tidak mengacak ISL), maka di tahun ini ada TV berbayar yang mengambil hak siar ISL tersebut. Adalah K Vision, operator TV berbayar baru dari Kelompok Kompas Gramedia, yang mengambil hak siar itu. Baru diluncurkan Maret 2013 nanti, K Vision juga memegang hak siar Piala Dunia dan BPL. Dengan adanya hak siar ISL di K Vision sebagai TV berbayar berbasis satelit, maka TV-TV terestrial tadi tidak berhak menyiarkan ISL di frekuensi satelit manapun kecuali frekuensi yang dipakai oleh K Vision.

Bagaimana dengan streaming dan digital terestrial?

Ya, ini yang sepertinya tidak terlalu jelas. Kekhawatiran saya tentang Piala Dunia di digital terestrial, saya khawatirkan akan terjadi juga di ISL. Artinya, selama analog dan digital masih berdampingan, kemungkinan siaran via digital terestrial akan diacak, apa lagi payung hukum siaran digital masih tidak jelas. Kalau streaming, saya belum mendengar secara detail mengenai hal ini. Cari saja mulai dari streaming yang sudah terkenal sampai streaming di blog pribadi siapapun yang ada di internet. Biasanya justru streaming milik pribadi itu yang siarannya tetap ada, karena payung hukumnya juga tidak jelas.

Para pengguna parabola FTA, silakan gigit jari ya. Seperti judul artikel ini: sudahlah…

Oh iya, BV Sports yang saya tahu adalah Bakrie Viva Sports. Katanya, walaupun yang menyiarkan adalah ke-4 TV tadi, tapi urusan eksekusi di lapangan, tetap orang-orang antv yang pegang kendali, sekalipun antv tidak menyiarkan ISL tahun ini, karena isinya BV Sports adalah orang-orang dari kelompok Viva, termasuk antv.