Akhir-akhir ini saya sering tidur pada pagi hari. Ya memang sekarang sepakbola sedang menjadi pembicaraan yang ramai karena ada Euro 2012, tapi saya bukan penggemar bola. Tujuan saya begadang adalah tetap seperti biasanya: “patroli TV”. Kegiatan yang saya lakukan hampir setiap hari itu memang untuk cari tahu apa saja perkembangan dari setiap TV, mulai dari TV internasional di TV berbayar sampai ke TV murni lokal.
Sampai pada akhirnya beberapa hari yang lalu sekitar pukul 2 pagi, langkah saya terhenti di channel 30 UHF wilayah layanan Malang. Ini adalah frekuensi yang dipakai Global TV di Malang. Pada hari itu saya melihat logo Global TV dipasang dalam ukuran yang lebih kecil. Terus terang saya lebih suka logo kecil itu, karena logo Global TV nampak jadi lebih ramping, daripada memasangnya dalam ukuran besar seperti biasanya. Setelah mengamati sejenak, saya beralih ke TV lain.
Saya kira logo kecil itu hanya kesalahan teknis biasa, karena ketika iklan logonya juga tidak menjadi transparan. Namun beberapa hari kemudian, melihat logo Global TV kembali dipasang dalam ukuran kecil dan tidak transparan pada saat iklan menimbulkan kecurigaan saya. Apa iya setiap di atas pukul 2 pagi Global TV selalu ada gangguan teknis? Apa lagi setiap di atas pukul 2 pagi pemancarnya sering “on off on off on” sehingga sinyalnya kadang hilang untuk sepersekian detik.
Hari berikutnya saya putuskan untuk mengamati Global TV sekali lagi, dan untuk mencari tahu program apa yang sedang tayang, saya cek website Global TV. Di sana dinyatakan saat itu sedang tayang “Aaron Stone”. Beberapa menit kemudian saya menemukan bahwa yang sedang tayang di layar kaca saya adalah “Kaki Langit”.
Error? Lokal?
Saya tertarik untuk menontonnya lebih lanjut. Dan setelah beberapa saat, akhirnya saya menarik kesimpulan: ketika logo Global TV dipasang dalam ukuran yang lebih kecil dan tidak transparan ketika iklan, serta power pemancarnya lebih kecil, untuk wilayah Malang Raya, itu adalah siaran lokal Global TV.
Tapi siaran lokal Global TV ini terasa ganjil. Dari apa yang ditayangkan, saya ingin membandingkan Global TV dengan B Channel.
B Channel di Jawa Timur memiliki dua televisi: mntv Surabaya dan ndtv Malang. Program lokalnya memang diproduksi di Cikarang, tapi produksi lapangannya berlangsung di Jawa Timur, sehingga konten yang disiarkan tentu saja sangat lokal. Teknik ini digunakan untuk program Panorama Region Jawa Timur. Teknik ini juga dipakai untuk Panorama region lainnya.
Global TV mempunyai beberapa stasiun relay di Jawa Timur. Yang memiliki siaran lokal (sepengetahuan saya, kalau daerah lain juga ada siaran lokal mohon tambahkan informasi di sini) adalah stasiun relay Surabaya dan stasiun relay Malang. Siaran lokal Global TV juga terbagi atas region/wilayah: Indonesia Timur, Indonesia Tengah, dan Indonesia Barat. Yang membuat saya merasa siaran lokal ini ganjil adalah semua region ini tayang di Malang.
Mestinya, jika memang siaran lokal ini menganut sistem regionalisasi, maka program tayang sesuai regionnya, seperti B Channel. Tapi siaran lokal di Global TV di Malang dimulai dengan siaran lokal wilayah Indonesia Timur, kemudian Indonesia Tengah, dan selanjutnya Indonesia Barat, dengan durasi masing-masing 1 jam. Program yang tayang (ketika saya mengamati pada hari itu) hanya ada dua: Mata Angin dan Kaki Langit. Urutan tayangnya: Mata Angin wilayah Indonesia Timur, selanjutnya Kaki Langit wilayah Indonesia Timur, kemudian Mata Angin wilayah Indonesia Tengah, dan seterusnya.
Ya mungkin memang kebijakan perusahaan antara B Channel dan Global TV memang berbeda. Tapi bukankah menurut aturannya siaran lokal itu seharusnya hanya mengandung konten lokal? Kalau melihat apa yang sudah dilakukan Global TV, maka 2/3 (duapertiga) kontennya bisa dibilang “interlokal”.
Tapi bagaimanapun saya harus mengapresiasi Global TV yang sudah melakukan siaran lokal di Malang (walaupun berlangsung pada jam “mati” dan kontennya sebagian besar masih “interlokal”) mengingat Global TV adalah satu dari tiga TV nasional yang diberi peringatan oleh KPI pada penghujung 2009. Ketika itu KPI memberi peringatan kepada TRANS TV, TRANS 7, dan globaltv yang tidak membuat siaran lokal di Surabaya hingga batas akhir pendirian siaran lokal di sana, 28 Desember 2009. Ketiga TV ini baru membuat siaran lokal di Surabaya setelah memasuki 2010.
Tanpa bermaksud menggurui, tapi saya mempunyai beberapa saran untuk siaran lokal Global TV:
1. Jam tayang. Agar nampak kalau Global TV punya siaran lokal, sebaiknya Global TV lokal tayang pada siang hari (kalau memang tidak ingin meletakkannya pada jam primetime).
2. Konten. Sebaiknya konten Global TV lokal benar-benar lokal, tidak interlokal seperti sekarang. Apa lagi siaran lokal ini berisi program nasional, tidak dibuatkan program khusus lokal seperti yang dilakukan B Channel.
3. Logo. Agar tidak membingungkan, saya berharap Global TV menambahkan sesuatu yang lokal ke dalam logonya, misal nama provinsi atau nama kota, sehingga bisa dibedakan antara Global TV nasional dan Global TV lokal. Walaupun saya bisa memahami ketika logo Global TV berukuran lebih kecil menandakan bahwa Global TV sedang bersiaran lokal, namun orang lain belum tentu mengerti.
Satu lagi yang membuat saya bingung. Ini contoh kasusnya saja pada hari saya mengamati siaran lokal ini. Pada pukul 2.26 WIB ditulis “Sesaat lagi kita bergabung kembali dengan Siaran Nasional”, namun kemudian pada pukul 2.29 ditulis “Sesaat lagi kita bergabung dengan Siaran Lokal Wilayah Indonesia Bagian Tengah”. Kemudian pada pukul 3.26 ditulis lagi “Sesaat lagi kita bergabung kembali dengan Siaran Nasional” dan kemudian pada pukul 3.29 ditulis “Sesaat lagi kita bergabung dengan Siaran Lokal Wilayah Indonesia Bagian Barat”. Bagian “peralihan wilayah” ini harus diperbaiki. Namun sekali lagi akan lebih baik kalau yang tayang di Malang hanya “Siaran Lokal Wilayah Indonesia Bagian Barat”.