Global TV… Lokal?

Akhir-akhir ini saya sering tidur pada pagi hari. Ya memang sekarang sepakbola sedang menjadi pembicaraan yang ramai karena ada Euro 2012, tapi saya bukan penggemar bola. Tujuan saya begadang adalah tetap seperti biasanya: “patroli TV”. Kegiatan yang saya lakukan hampir setiap hari itu memang untuk cari tahu apa saja perkembangan dari setiap TV, mulai dari TV internasional di TV berbayar sampai ke TV murni lokal.

Sampai pada akhirnya beberapa hari yang lalu sekitar pukul 2 pagi, langkah saya terhenti di channel 30 UHF wilayah layanan Malang. Ini adalah frekuensi yang dipakai Global TV di Malang. Pada hari itu saya melihat logo Global TV dipasang dalam ukuran yang lebih kecil. Terus terang saya lebih suka logo kecil itu, karena logo Global TV nampak jadi lebih ramping, daripada memasangnya dalam ukuran besar seperti biasanya. Setelah mengamati sejenak, saya beralih ke TV lain.

Saya kira logo kecil itu hanya kesalahan teknis biasa, karena ketika iklan logonya juga tidak menjadi transparan. Namun beberapa hari kemudian, melihat logo Global TV kembali dipasang dalam ukuran kecil dan tidak transparan pada saat iklan menimbulkan kecurigaan saya. Apa iya setiap di atas pukul 2 pagi Global TV selalu ada gangguan teknis? Apa lagi setiap di atas pukul 2 pagi pemancarnya sering “on off on off on” sehingga sinyalnya kadang hilang untuk sepersekian detik.


Hari berikutnya saya putuskan untuk mengamati Global TV sekali lagi, dan untuk mencari tahu program apa yang sedang tayang, saya cek website Global TV. Di sana dinyatakan saat itu sedang tayang “Aaron Stone”. Beberapa menit kemudian saya menemukan bahwa yang sedang tayang di layar kaca saya adalah “Kaki Langit”.

Error? Lokal?

Saya tertarik untuk menontonnya lebih lanjut. Dan setelah beberapa saat, akhirnya saya menarik kesimpulan: ketika logo Global TV dipasang dalam ukuran yang lebih kecil dan tidak transparan ketika iklan, serta power pemancarnya lebih kecil, untuk wilayah Malang Raya, itu adalah siaran lokal Global TV.

Tapi siaran lokal Global TV ini terasa ganjil. Dari apa yang ditayangkan, saya ingin membandingkan Global TV dengan B Channel.

B Channel di Jawa Timur memiliki dua televisi: mntv Surabaya dan ndtv Malang. Program lokalnya memang diproduksi di Cikarang, tapi produksi lapangannya berlangsung di Jawa Timur, sehingga konten yang disiarkan tentu saja sangat lokal. Teknik ini digunakan untuk program Panorama Region Jawa Timur. Teknik ini juga dipakai untuk Panorama region lainnya.

Global TV mempunyai beberapa stasiun relay di Jawa Timur. Yang memiliki siaran lokal (sepengetahuan saya, kalau daerah lain juga ada siaran lokal mohon tambahkan informasi di sini) adalah stasiun relay Surabaya dan stasiun relay Malang. Siaran lokal Global TV juga terbagi atas region/wilayah: Indonesia Timur, Indonesia Tengah, dan Indonesia Barat. Yang membuat saya merasa siaran lokal ini ganjil adalah semua region ini tayang di Malang.

Mestinya, jika memang siaran lokal ini menganut sistem regionalisasi, maka program tayang sesuai regionnya, seperti B Channel. Tapi siaran lokal di Global TV di Malang dimulai dengan siaran lokal wilayah Indonesia Timur, kemudian Indonesia Tengah, dan selanjutnya Indonesia Barat, dengan durasi masing-masing 1 jam. Program yang tayang (ketika saya mengamati pada hari itu) hanya ada dua: Mata Angin dan Kaki Langit. Urutan tayangnya: Mata Angin wilayah Indonesia Timur, selanjutnya Kaki Langit wilayah Indonesia Timur, kemudian Mata Angin wilayah Indonesia Tengah, dan seterusnya.

Ya mungkin memang kebijakan perusahaan antara B Channel dan Global TV memang berbeda. Tapi bukankah menurut aturannya siaran lokal itu seharusnya hanya mengandung konten lokal? Kalau melihat apa yang sudah dilakukan Global TV, maka 2/3 (duapertiga) kontennya bisa dibilang “interlokal”.

Tapi bagaimanapun saya harus mengapresiasi Global TV yang sudah melakukan siaran lokal di Malang (walaupun berlangsung pada jam “mati” dan kontennya sebagian besar masih “interlokal”) mengingat Global TV adalah satu dari tiga TV nasional yang diberi peringatan oleh KPI pada penghujung 2009. Ketika itu KPI memberi peringatan kepada TRANS TV, TRANS 7, dan globaltv yang tidak membuat siaran lokal di Surabaya hingga batas akhir pendirian siaran lokal di sana, 28 Desember 2009. Ketiga TV ini baru membuat siaran lokal di Surabaya setelah memasuki 2010.

Tanpa bermaksud menggurui, tapi saya mempunyai beberapa saran untuk siaran lokal Global TV:
1. Jam tayang. Agar nampak kalau Global TV punya siaran lokal, sebaiknya Global TV lokal tayang pada siang hari (kalau memang tidak ingin meletakkannya pada jam primetime).
2. Konten. Sebaiknya konten Global TV lokal benar-benar lokal, tidak interlokal seperti sekarang. Apa lagi siaran lokal ini berisi program nasional, tidak dibuatkan program khusus lokal seperti yang dilakukan B Channel.
3. Logo. Agar tidak membingungkan, saya berharap Global TV menambahkan sesuatu yang lokal ke dalam logonya, misal nama provinsi atau nama kota, sehingga bisa dibedakan antara Global TV nasional dan Global TV lokal. Walaupun saya bisa memahami ketika logo Global TV berukuran lebih kecil menandakan bahwa Global TV sedang bersiaran lokal, namun orang lain belum tentu mengerti.

Satu lagi yang membuat saya bingung. Ini contoh kasusnya saja pada hari saya mengamati siaran lokal ini. Pada pukul 2.26 WIB ditulis “Sesaat lagi kita bergabung kembali dengan Siaran Nasional”, namun kemudian pada pukul 2.29 ditulis “Sesaat lagi kita bergabung dengan Siaran Lokal Wilayah Indonesia Bagian Tengah”. Kemudian pada pukul 3.26 ditulis lagi “Sesaat lagi kita bergabung kembali dengan Siaran Nasional” dan kemudian pada pukul 3.29 ditulis “Sesaat lagi kita bergabung dengan Siaran Lokal Wilayah Indonesia Bagian Barat”. Bagian “peralihan wilayah” ini harus diperbaiki. Namun sekali lagi akan lebih baik kalau yang tayang di Malang hanya “Siaran Lokal Wilayah Indonesia Bagian Barat”.

Juli, Jadikah SAKTI MALANG Bersiaran?

19 Februari 2012, re-brand TV lokal terjadi di wilayah layanan siar Madiun, yaitu Madiun tv yang berubah menjadi SAKTI MADIUN. Re-brand ini bukan tanpa alasan. Brand (yang dalam Bahasa Indonesia berarti merk) Madiun tv diubah menjadi SAKTI MADIUN karena stasiun TV lokal Madiun itu kini berada di bawah sebuah kelompok berjaringan baru di Jawa Timur, SAKTI.

SAKTI adalah sebuah kelompok berjaringan yang berasal dari Surabaya dan dimiliki oleh Bakrie Group, yang berarti bisa kita “hubungkan” dengan antv dan tvOne di Viva, SPORTONE, dan (sepertinya juga berhubungan dengan) arek TELEVISI Surabaya. Nampaknya SAKTI ingin menjadi pesaing Jtv di Jawa Timur namun sayangnya, jatah kanal yang habis membuat SAKTI tidak mendapatkan frekwensi di wilayah layanan induknya, Surabaya. Kasus ini sama seperti KOMPAS dan SINDOTV. Inilah yang membuat saya tidak bisa menyebut SAKTI sebagai TV berjaringan, tapi sementara saya sebut sebagai kelompok berjaringan.

Dalam planning yang disampaikan kepada Surabaya Post pada saat re-brand dan launching SAKTI MADIUN, pihak SAKTI mengatakan bahwa mereka selain di Madiun pada Februari kemarin juga akan segera memperluas jaringan pada bulan Juli di wilayah layanan Malang dan pada bulan Oktober di wilayah layanan Jember.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah: dengan TV manakah SAKTI berjaringan di Malang?

SAKTI cukup rapi dalam “menyembunyikan” identitas TV yang akan diajak berjaringan di Malang. Hingga saya menerbitkan tulisan ini saya belum mendapatkan kabar TV mana yang akan segera bergabung dengan SAKTI. Malahan TV lokal di Malang juga nampak tenang dan tidak nampak satupun dari TV murni lokal yang ada (Malang TV, CRTV, dan ftv) yang menunjukkan tanda-tanda hendak melakukan re-brand.

Namun bukan berarti SAKTI tidak melakukan pergerakan untuk memenuhi target yang sudah disampaikan ke publik itu. Melalui jejaring sosial, salah satu personalita dari SAKTI menyampaikan bahwa ia sedang melakukan riset tentang pasar di Malang. Beberapa kali juga nampak bahwa ia sedang menghabiskan waktu di Malang. Dari sini bisa dipastikan bahwa sesungguhnya SAKTI tetap melakukan pergerakan di Malang, dan sukses membuat saya penasaran tentang TV mana yang akan diajak bergabung dengan SAKTI, karena sampai hari ini saya belum juga mendapatkan kabar akan SAKTI MALANG.

Mungkin kabar tentang bergabungnya salah satu TV lokal dengan SAKTI sudah mulai beredar di kalangan penggiat media lokal di Malang Raya ini. Sejujurnya saya juga ingin tahu TV mana yang akan segera menjadi bagian dari SAKTI. Sebentar lagi bulan Juli, semoga tidak dalam waktu yang terlalu lama segera nampak TV lokal mana yang bergabung dengan SAKTI dan semoga, saya juga tidak melewatkan re-brand TV tersebut.

Memperkirakan saja, dari ketiga TV murni lokal yang ada, sekali lagi harus saya bilang Malang TV adalah TV dengan kesempatan paling kecil untuk re-brand. Sudah 8 tahun Malang TV bersiaran dan sumber pendanaannya cukup kuat dengan iklan dalam porsi paling besar di Malang Raya didukung dengan agensi iklan yang cukup besar yang dimiliki KDS 8 FM (yang menurut pengamatan saya sebagian iklan yang diproduksi agensi iklan ini sudah tayang di beberapa TV Jakarta). Dengan ini maka kemungkinannya hanya tinggal dua saja, CRTV atau ftv.

Pergerakan terakhir dari CRTV adalah pergantian logo yang dilakukan di awal tahun ini (saya lupa di bulan Februari, Maret, atau April) dengan sebagian dari tayangannya (iklan, episode terbaru dari beberapa program) nampaknya sudah diproduksi dalam teknologi HD sejak akhir tahun lalu. Sementara pergerakan terakhir ftv adalah tetap melakukan siaran dengan pola program yang (menurut pengamatan saya) kurang kuat namun akhir-akhir ini label “Siaran Percobaan” yang biasa muncul di running text ftv sudah tidak nampak lagi yang berarti kemungkinan ftv sudah mendapatkan IPP tetap di Malang Raya. Kalaupun ada satu lagi, hanya Batu tv yang berkemungkinan. Namun sampai saat ini Batu tv masih berada di bawah tempotv.

Source: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=0bb63a6be559bf45faa9de587201974d&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc

KOMPAS Kembali ke Jakarta?

Hari ini tanggal 22 Juni 2012, ulang tahun Jakarta. Biasanya TV dan channel yang kebanyakan pusatnya di Jakarta itu akan membuat liputan khusus untuk ulang tahun ini.

Nah, bagaimana dengan KOMPAS? Channel yang juga berpusat di Jakarta ini ternyata justru siarannya tidak bisa ditangkap di Jakarta. Tapi, kabarnya, KOMPAS akan kembali di Jakarta. Benarkah?

Kasus bermula ketika Ktv, TV lokal afiliasi KOMPAS akhirnya berhasil mendapatkan IPP namun IPP tersebut berlaku untuk wilayah Serang, yang otomatis membuat siaran Ktv menghilang dari Jakarta. Sejak kepindahan Ktv ke Serang otomatis seluruh warga Jakarta tidak dapat menyaksikan program-program dari content provider yang bermasalah ketika peluncurannya akan berlangsung tersebut.

Setelah sekian lama, akhirnya orang-orang KOMPAS mulai memberitahukan masyarakat bahwa program-program mereka akan segera dapat dinikmati kembali karena Ktv Serang akan segera “kembali ke Jakarta” di channel yang sama, 28 UHF mulai hari ini, 22 Juni 2012. Teknisnya bagaimana, saya kurang tahu. Tapi kemungkinan besar yang dapat dilakukan oleh Ktv Serang adalah dengan memperbesar power pemancar mereka dan mengarahkan sinyal mereka ke timur, ke arah Jakarta.

Bagaimanakah kualitas sinyal Ktv Serang? Bagi teman-teman yang ada di Jakarta silahkan bagi kabar kepada KOMPAS dan di sini. Beritahu juga di sini apakah program lokal Ktv Serang diproduksi sendiri atau masih ikut KOMPAS seperti dahulu.

BERITASATU

Sejak Mei 2012 akhirnya saya bisa “menonton kembali” channel yang sudah lama sekali tidak saya tonton sejak 2007, yaitu Qtv yang sudah bertransformasi menjadi BERITASATU. Semenjak adanya kerjasama antara FiRsT MEDIA dengan aora akhirnya BERITASATU mulai mengudara di satelit setelah sebelumnya BERITASATU hanya bisa disaksikan oleh pengguna layanan TV kabel FiRsT MEDIA.

Masuknya BERITASATU ke satelit Measat 3A memperluas siaran dari FiRsT MEDIA News dari yang semula hanya JaBoDeTaBek, Surabaya, dan Bali melalui jaringan kabel FiRsT MEDIA, menjadi seluruh Indonesia melalui aora. Dengan demikian jumlah penonton potensial BERITASATU naik dari sekitaran 500.000 pelanggan FiRsT MEDIA menjadi 630.000 setelah ditambah pelanggan aora.

BERITASATU dulunya bernama Q channel pada 1997, merupakan channel khusus satelit dan kabel yang bisa disaksikan hanya melalui Indovision dan Kabelvision. Seiring dengan waktu siaran Q channel mulai meluas melalui Q channel network. Sayangnya hanya sedikit yang saya ingat dari Q channel network ini, seperti TATV Solo dan GNTV Malang. Pada 2006 Q Channel berubah menjadi Qtv, namun baru beberapa bulan saya tidak bisa menyaksikan lagi karena GNTV Malang jatuh dalam kebangkrutan. Baru di sekitar akhir 2006 saya bisa menyaksikan Qtv setelah Mahameru TV Malang menggantikan posisi GNTV Malang dalam Qtv Network. Digitalisasi Kabelvision mengubah produk tersebut menjadi digital1, sehingga Qtv bisa disaksikan di Indovision, Digital1, dan Qtv Network.

Tapi saya kehilangan Qtv lagi sejak Mahameru TV Malang ikut-ikutan berhenti siaran. Sampai akhirnya pada 2011 saya mendengar bahwa ternyata Qtv hanya bisa disaksikan di digital1 yang sudah di-re-brand menjadi FiRsT MEDIA, dan menjadi produk in-house nya. Pada 2011 itu juga Qtv ternyata berada di bawah bendera media Lippo Group yang bernama BERITASATU Media, dan pada 1 September 2011 menjadi channel HD pertama di Indonesia dengan nama BERITASATU, dan diluncurkan pada 3 September 2011. Barulah BERITASATU masuk di satelit pada Mei 2012.

Program BERITASATU banyak berisi berita (sesuai namanya) dengan Current Affairs yang cukup beragam. Sampai pada Juni 2012 ini program berita di BERITASATU ada di bawah bendera “Jurnal” meliputi Jurnal Pagi (90′), Jurnal Terkini (5′), Jurnal Siang (90′), Jurnal Internasional (30′), Jurnal Petang (30′), Jurnal Utama (120′), Jurnal Bisnis (60′), Jurnal Malam (30′), dan Jurnal Sport (30′). Program berita lainnya dalam Bahasa Inggris adalah The Morning Show (30′). Program Current Affairs ada Jurnal Ekstra, Bedah Politik, Solusi Sehat, Aviliani View, dan Dunia Tekno. Untuk dialog ada Impact (program dari Q channel dan Qtv yang tetap berlanjut sampai sekarang), Economic Review (yang kadang ditayangkan lagi sebagai bagian dari Jurnal Bisnis), Insight Indonesia (Bahasa Inggris), dan Dialog Jurnal Utama (re-run dialog yang tayang di program Jurnal Utama). Filler lainnya ada Karikatur Ekstra (tayangan gabungan Karikatur dan liputan Jurnal Ekstra, biasanya 30 menit), dan program lainnya adalah Tamasya.

Berita di BERITASATU

Ketika iklan BERITASATU tidak memunculkan logonya dengan “menarik” logonya ke kiri. Namun ternyata logo ini tidak sepenuhnya keluar

Salah satu desain iklan BERITASATU

Ada logonya lagi bukan?

BERITASATU disiarkan dalam format HD, dan HD selalu 16:9. Sedangkan di aora yang tayang adalah versi SDnya, seperti BERITASATU versi SD di FiRsT MEDIA. BERITASATU menggunakan teknik stretch karena BERITASATU HD “tidak mengenal” safe area. Otomatis, semua yang ada di BERITASATU SD menjadi “lonjong”. Beginilah yang saya tonton setiap hari.

Sejak Juni 2012 BERITASATU bisa ditangkap melalui satelit Palapa-D melalui Pay TV Skynindo (tapi kabarnya yang tidak berlangganan juga bisa mendapatkan siaran BERITASATU secara gratis) dan sekitar September 2012 ini akan mulai bersiaran se-Asia menggunakan satelit Lippostar yang digunakan untuk Pay TV baru dari Lippo, LIPPOVISION. Ini adalah keterangan yang saya dapatkan dari Pak Peter F. Gontha yang mendirikan Q channel dan saat ini merupakan Komisaris dari FMN (FiRsT MEDIA News/BERITASATU) sekaligus publisher BERITASATU.

Siaran BERITASATU dimulai pukul 05.30 WIB, pada bulan Mei berakhir pada pukul 00.00 WIB dan sejak Juni 2012 ini berakhir pada pukul 03.00 WIB. Nampaknya sebelum ulang tahun pertama nanti BERITASATU akan mulai bersiaran 24 jam.

Ganti Logo Dadakan

Ganti logo mendadak terjadi di dua TV Indonesia di tahun ini. Yang pertama pada INDOSIAR dan yang kedua pada Global TV.

Pada Bulan Maret 2012 secara mendadak (walaupun pasti sudah ada planning tapi berhasil dijaga “kerahasiaannya”) INDOSIAR mengganti logonya yang menggunakan ikon Ikan Terbang kembali ke logo “burger” yang mirip logo TVB Hong Kong itu. Pergantian logo itu dilakukan ketika pergantian acara dari sinetron ke acara musik dangdut pada salah satu hari Jumat sekitar pukul 7 atau 8 malam WIB.

Sementara pada sekitaran Bulan April 2012 Global TV secara mendadak juga mengganti logonya. Saya sudah dari lama penasaran kapan logo Global TV akan diganti, karena dari semua TV/Channel MNC FTA, hanya Global TV saja yang tidak memiliki unsur merah di logonya.

Sedikit membahas logo Global TV ini, sepertinya sedang ada “penyatuan identitas” di antara TV/Channel FTA MNC Group. Penyatuan identitas ini bagaikan samanya logo channel-channel yang berada di bawah bendera MNC Channels

Seperti kita lihat hampir semua TV dan Channel FTA MNC berlogo hampir mirip. Diawali dengan SUNTV pada 2007 yang bisa digambarkan dengan nama Channel/TV yang besar, diikuti kata TV di sebelahnya dengan ukuran yang lebih kecil. Model logo SUNTV ini kemudian digunakan oleh sejumlah TV lokal di bawah jaringan SUNTV seperti PRO TV Semarang dan DELI TV Medan, serta beberapa lainnya. Selanjutnya MNC TV di 2010, kemudian re-brand SUNTV menjadi SINDOTV dengan munculnya logo baru TV lokal yang berada di bawah jaringan SINDOTV pada 2011, serta terakhir Global TV pada 2012, dengan menggunakan warna yang mirip dengan warna yang digunakan oleh RCTI.

Sementara pada MNC Channels logonya juga hampir mirip. Logo MNC Channels berunsur ikon MNC di pojok kiri atas, dengan MNC di sebelahnya, dan genre channel di bawah ikon dan kata MNC, dengan warna sendiri-sendiri sesuai genrenya.

TV apa lagi yang akan berganti secara dadakan di tahun ini? Kita tunggu saja

Catatan: konteks “dadakan” dalam tulisan ini adalah berganti logo di luar acara ulang tahun atau acara khusus tertentu

Pro Kontra Resepsi Pernikahan Anang – Ashanty yang Disiarkan Langsung di TV

20 Mei 2012 merupakan hari yang bersejarah untuk Anang Hermansyah dan Ashanty karena mereka menyelenggarakan resepsi pernikahan yang besar di Jakarta. Dalam acara resepsi itu mereka selain mengundang rekan sesama artis dan lainnya, mereka juga mengundang seluruh masyarakat Indonesia untuk “datang” ke resepsi pernikahan mereka di kelas yang sering saya sebut sebagai TVIP, kelas di mana kita ikut menjadi saksi sebuah acara melalui televisi, dalam hal resepsi pernikahan Anang – Ashanty ini adalah RCTI yang menyiarkannya secara langsung dan eksklusif.

Saya pikir tidak akan ada yang protes dengan tayangan ini. Secara pribadi, saya tidak mempermasalahkan adanya penayangan acara pernikahan atau resepsi pernikahan dari siapapun. Setidaknya dari acara itu saya bisa belajar bagaimana sebaiknya menghadiri sebuah resepsi pernikahan pada kelas yang seperti itu (atau kita sebut sajalah sebagai kelas atas, namanya saja artis). Saya juga merasa terhibur dengan adanya tayangan ini karena memberikan sebuah suguhan program yang berbeda dan jarang juga kita tonton.

Tapi memang tidak lengkap hidup di Indonesia jika tidak ada pro kontra. Saya bukan orang yang pro ataupun yang kontra, karena saya sedikit banyak sepaham juga dengan mereka yang kontra. Beberapa dari mereka yang kontra mengatakan bahwa seharusnya frekwensi publik seperti yang digunakan RCTI mestinya digunakan untuk melayani kepentingan publik dan seharusnya digunakan untuk sesuatu yang lebih penting untuk publik. Ya, ini juga benar. Kalau melihat acara Anang – Ashanty, ini sebenarnya juga bukan acara yang publik publik amat.

Kontra lainnya, mengatakan bahwa tidak seharusnya acara seperti ini tayang di TV karena masih banyak masyarakat kita yang kehidupannya di bawah garis kehidupan layak. Kasarnya, orang miskin diberi gambar si kaya dan bikin sakit hati si miskin. Menurut saya, ini pernyataan kontra yang sedikit aneh. Kenapa? Coba kita perhatikan sinetron. Walaupun saya cenderung menghindari sinetron sebagai tayangan utama, tapi kalau saya sedang menonton beberapa episode sinetron saya juga sering melihat tentang keluarga kaya dan keluarga miskin yang parahnya menurut saya kadang-kadang seperti dibandingkan dan kadang seakan harus ada perang antara keluarga kaya dan miskin dengan kebanyakan cerita si kaya memusuhi si miskin, walaupun tidak selamanya sinetron menawarkan cerita seperti itu, ada juga sinteron yang jalan ceritanya bagus. Tapi seringnya kita melihat dalam episode sinetron tentang perayaan yang dilakukan keluarga si kaya, misalnya. Memang ini cuma akting, tapi apa bedanya dengan kehidupan nyata? Fiktif memang, tapi juga ada di kehidupan nyata. Jadi untuk saya tidak ada bedanya antara perayaan orang kaya di sinetron dengan resepsi pernikahan. Kalaupun ada bedanya, mungkin di durasi dan teknisnya saja, yang sinetron cenderung singkat dan rekaman, serta akting. Yang satu lagi memang panjang (3 jam) dan langsung, serta nyata.

Tapi untuk tanggal 20 Mei 2012 saya rasa kita sedang tidak memiliki agenda yang penting juga. Kalaupun memang perayaan 104 tahun Kebangkitan Nasional, saya juga tidak melihat ada suatu program dari pemerintah yang membuat perayaan ini lebih penting dari sekadar sebuah resepsi pernikahan. Kalau memang Kebangkitan Nasional lebih penting maka seharusnya pemerintah membuat suatu acara yang membuat kita ingat bahwa kita sedang memperingati perjuangan para pahlawan negara ini untuk merdeka dari penjajah, yang pada 20 Mei 1908 perjuangan organisasional-nasional kita dimulai dengan berdirinya Boedi Oetomo, setelah sebelumnya perjuangan kita selalu setingkat kedaerahan saja. Tidak harus besar dan mewah seperti ketika 100 tahun Kebangkitan Nasional pada tahun 2008 lalu, tapi seharusnya pemerintah bisa membuat acara yang setidaknya bisa “mengimbangi” acara pernikahan ini dan membuat televisi hadir di dua tempat, perayaan Kebangkitan Nasional dan Pernikahan Anang – Ashanty.

Jadi, secara umum, untuk saya tayangan ini tidak bermasalah karena kita sedang tidak memiliki agenda penting atau yang lebih penting daripada pernikahan ini pada hari itu. Durasi yang sekitar 3 jam saya rasa juga tidak berlebihan (walaupun saya memang tidak menonton secara utuh acara ini). Acara yang berlangsung di pernikahan tersebut juga cukup wajar untuk saya, tidak ada yang berlebihan.

Sedikit tambahan saja, siaran ini mengingatkan saya pada resepsi pernikahan Khalid Mohammad Jiwa dan Siti Nurhaliza yang pada saat itu juga ditayangkan secara langsung dan eksklusif oleh TV3 Malaysia ke seluruh negeri. Jika saya tidak salah, acara pernikahan Datuk K dan Siti Nurhaliza pada saat itu durasinya lebih panjang, sekitar 4 jam. Mohon koreksinya jika saya salah mengingat durasinya.

Tampilan Baru Program News TVRI, Juni 2012

TVRI kembali mengganti grafisnya, judul program berita, studio, serta lower third nya. Untuk judul program berita yang sebelumnya bernama Warta (Pagi, Siang, Malam,dll.) diganti menjadi Indonesia (Indonesia Pagi, Siang, Malam, dll). Sementara untuk English News Service masih tetap bernama begitu. Studionya pun yang sebelumnya virtual menjadi hard studio dengan gerakan kamera yang menyorot dari berbagai sisi studio. Menurut admin ini studio TVRI yang paling bagus selama ini. Dan untuk lower third diganti menjadi warna abu-abu dan biru tua. Sementara untuk Credit Title terakhir admin lihat menjadi berposisi di bawah layar dan belum ber-efek.
Sempat selama beberapa menit TVRI memakai News Ticker, model news tickernya seperti Antara (kalau tidak salah ya) namun news ticker itu langsung dicabut dan belum ditunjukkan kembali sampai saat ini.
Screenshot Bumper News TVRI (Indonesia Siang)
Seharusnya gambar nomor 4 itu Final Scene atau nama dari acara itu ditampilin. Tapi maaf, admin telat capture jadi pakai logo TVRI aja ya.
Note: Kalau Indonesia Pagi di gambar no.1 ada gambar daun dan embunnya. 

Warna dominan yang dipakai di bumper program berita TVRI:
Indonesia Pagi – Hijau
Indonesia Siang – Oranye
Indonesia Malam – Ungu
English News Service – Ungu-Hitam

Studio TVRI
(Yang ada lampu warna merah itu untuk Indonesia Pagi weekdays sama berita olahraga. Space yang terhalang sama neon box TVRI itu biasanya set untuk dialog tentang bursa saham)