Habis 2013, Siap-Siap Pindah untuk Nonton EPL

Perpindahan EPL di TV berbayar sudah mulai tampak. EPL yang 3 tahun ini disiarkan oleh TV berbayar MNC yaitu INDOVISION, OkeVision, dan top tv, akan segera berakhir. EPL akan berpindah ke Orange TV. Informasi ini saya dapatkan dari akun yang saya follow di twitter dan juga dari detik.

Sementara itu untuk FTA terestrial saya belum mendengar kabarnya. Tiga tahun ini EPL di FTA terestrial dipegang oleh MNC TV dan Global TV. Dengan berakhirnya kontrak 3 tahun ini, mestinya EPL akan segera berpindah TV.

TV FTA terestrial manakah yang akan berhasil merebut EPL 2013-2016 nanti? Saya menduga akan di luar MNC, karena lisensi TV berbayarnya tidak dimiliki oleh MNC.

ARB Imbau antv dan tvOne Tak Lagi Acak ISL: Pencitraan?

Baru saja saya tulis beberapa hari lalu, ada komentar dari Jordan mengatakan ARB imbau dua TVnya tak lagi acak ISL. Kharisma juga mengabarkan ISL tak lagi diacak. Saya terus terang jadi merasa sedikit aneh dengan kejadian ini.

Tapi kemudian saya ingat ARB adalah salah satu bacapres untuk 2014. ARB cukup gencar mengiklankan diri di kedua TVnya itu. Semua orang juga tahu antv dan tvOne dimiliki oleh ARB.

Di pertandingan ISL, selalu saja ada orang yang membawa tulisan yang nadanya mengucap terima kasih pada antv. Hal ini disadari antv bahwa perhatian masyarakat Indonesia sangat besar pada antv. Tapi nampaknya antv sedikit “GR” alias gede rasa tentang perhatian tersebut.

Mungkin inilah yang membawa antv dan tvOne memutuskan untuk mengacak siaran mereka saat ISL. Hal ini dilakukan mulai awal tahun ini. Nampaknya mereka berharap masyarakat akan membeli dekoder khusus atau juga pay TV yang ditunjuk untuk ISL, agar mereka bisa lebih banyak meraup keuntungan dari ISL.

Tapi apa yang terjadi? Reaksi super negatif (harus saya sebut “super negatif” karena saya belum pernah melihat protes separah ini. Dulu saya kira PGA sudah paling parah caciannya, tapi ini lebih parah lagi) muncul dari masyarakat Indonesia. Banyak cacian ditujukan kepada antv dan tvOne karena mengacak siaran ISL. Sumpah serapah sampai kebun binatang memenuhi laman facebook maupun mention twitter terutama kepada antv (saya tidak melihat hal ini secara signifikan di tvOne, tapi mungkin sebenarnya sama saja).

Tak hanya antv dan tvOne, belakangan ARB yang merupakan empunya dua TV ini juga “diserang” oleh masyarakat pecinta sepakbola Indonesia. Sama, sumpah serapah dan kebun binatang juga sampai kepadanya. Bahkan, karena sangat sakit hati, banyak masyarakat yang “menyumpahi” ARB tak akan menang di pemilu 2014.

Kemudian, ARB datang sebagai sosok “penyelamat” dengan mengimbau antv dan tvOne mencabut acakan itu. Seperti yang kita lihat sekarang, ISL dibuka lagi di seluruh parabola dan TV berbayar. Perlahan, masyarakat mulai berangsur “diam” karena hiburannya sudah kembali.

Apakah ARB sedang “mencitrakan diri” dengan mengimbau antv dan tvOne tidak mengacak ISL? Atau mungkin sedang “perbaikan citra”?

Rasanya agak aneh, karena ARB adalah empunya dua TV ini. “mengimbau” menunjukkan ARB tidak mengetahui kedua TV ini mengacak ISL. Bagaimana bisa seorang pemilik perusahaan tidak mengetahui kebijakan perusahaannya?

Kalau semua ini adalah settingan untuk memperbesar nama ARB di kancah politik, sesungguhnya ARB telah melakukan suatu tindakan yang justru memperkecil namanya sendiri. Hal ini terbaca dari reaksi masyarakat. Sekalipun sekarang ARB “mengimbau” kedua TVnya untuk tidak lagi mengacak ISL, ARB sudah mendapat nilai buruk di mata masyarakat. Mestinya ARB bisa memanfaatkan kebesaran ISL yang akan terus berlanjut daripada IPL yang ternyata sudah menjadi musim terakhir, apa lagi sejak awal IPL tidak terlalu bisa menyaingi ISL.

Untuk teman-teman pengguna parabola baik FTA maupun berbayar, selamat menikmati ISL kembali. Semoga semua bisa tenang menyaksikan pertandingan-pertandingan ini di satelit, tanpa ada kekhawatiran akan adanya acakan lagi.

mntv Surabaya Re-Brand ke B CHANNEL SURABAYA

Setelah 5 kota yang di-re-brand di kisaran awal tahun ini, April 2013 ini B CHANNEL melanjutkan tren penyamaan identitas itu.

Setelah membuat logo semua stasiun TV di jaringannya menjadi berdesain sama, B CHANNEL kemudian mengganti nama TV lokal di 5 kota: Banjarmasin, Kupang, Ambon, Lampung, dan Balikpapan. Nama-nama Barito Channel, Timor tv, PANORAMA TV, KRAKATAU TV, dan BORNEO TV tidak lagi eksis.

Kini, nama Matahari Nusantara Televisi atau mntv di Surabaya tidak lagi eksis. Nama mntv kini hilang dan berubah menjadi B CHANNEL SURABAYA. Hal ini membuat wilayah yang stasiun TVnya bernama B CHANNEL menjadi 7 wilayah.

Apakah tren ini akan terus bergulir ke wilayah-wilayah lainnya, termasuk Nusantara Damai Televisi di Malang dan juga induk dari B CHANNEL di Cikarang, Televisi Nusantara? Kita tunggu saja kelanjutan aksi korporasi dari B CHANNEL ini. Yang pasti, hal ini tidak melanggar aturan, mengingat TVN dan B CHANNEL masing-masing sudah mendapat izin dari KPI, tidak seperti KOMPAS yang bukan lembaga penyiaran TV tapi dengan berani mengubah nama bctv menjadi KOMPAS TV SURABAYA.

Tiga Platform Satu Waktu

18 April 2013 malam, saya di rumah menyaksikan atv Batu. Sedang ada siaran dari KOMPAS seperti biasanya. Malam itu, KOMPAS GRAMEDIA sedang menyelenggarakan Konser K-20 Spesial: Rossa.

Bukan karena label “spesial” yang membuat saya tertarik. Tapi memang saya ingin mendengarkan lagu-lagu dari Rossa malam itu. Tapi bukan berarti saya tidak mempelajari sesuatu juga ketika menyaksikan acara ini.

Pasti Anda mengerti ketika saya menuliskan sesuatu di blog ini, berarti ada sesuatu di balik penyiarannya. Untuk Konser K-20 Spesial ini memang ada yang ingin saya pelajari. Mengapa saya ingin mempelajari ini? Karena konser ini ditawarkan di 3 platform: TV, radio, dan streaming.

Kalau konser ini hanya disiarkan di TV, mungkin saya akan menonton saja tapi tidak menulisnya di sini. Tapi sekali lagi, 3 platform, memang menjadi sesuatu yang baru di Indonesia. Rasanya belum ada yang seperti ini.

Memang pada tahun 2006 kalau tidak salah, RCTI pernah menyiarkan ulang tahunnya tidak hanya di TV, tapi juga radio. Tidak hanya 1, tapi 160an radio di seluruh Indonesia. Pada tahun itu rasanya memang sudah sangat maju karena memang platform dalam jaringan belum seberkembang sekarang. Dulu platform dalam jaringan terkenal hanya untuk akses internet biasa saja. Live streaming belum meledak kala itu.

2013 ini, KOMPAS GRAMEDIA menawarkan sebuah konser di 3 platform. Saya putuskan untuk belajar. Kelakuan saya ini tidak berubah sejak 2006 lalu hehehe.

Konser ini di platform audio video KOMPAS, seperti siaran TV pada umumnya, dipotong oleh iklan. KOMPAS UPDATE juga tetap hadir. Jadi, konser yang saya saksikan di atv Batu ini saya anggap biasa saja.

Untuk radio, ini yang sedikit berbeda. Saya memantau siaran MOTION radio Jakarta dari aplikasi di HP saya. Untuk slot waktu off-air, diisi dengan lagu dan kadang ada juga insert atau iklan biasa. Saat on-air, di TV tidak ada apa-apa ketika peralihan pengisi acara, tapi untuk di radio penyiar masuk untuk memberitahu siapa penampil berikutnya, dan memang harusnya begitu, kan tidak ada gambarnya, hehehe.

Untuk streaming, ini yang baru. Ini bukan streaming TV, tapi streaming konser. Walaupun saya tidak secara langsung menyaksikan streaming, tapi dari kicauan akun twitter KOMPAS(TV) (harus saya tulis demikian karena KOMPASHD memiliki akun twitter tersendiri) saya bisa menyimpulkan bahwa kita bisa menyaksikan konser ini secara utuh. Di streaming, kita seakan sedang menyaksikan feed satelit yang mengirim gambar secara utuh tanpa terpotong iklan. Ketika TV iklan, dan radio memutar lagu sebagai pengisi waktu, di streaming kita bisa menyaksikan apa yang terjadi di tempat konser. Kebetulan saat saya mengamati twitter, sedang ada stand up comedy di panggung konser, ketika di saat yang bersamaan TV dan radio tidak menyiarkannya.

Sesungguhnya saya mengikuti konser ini di 2,5 platform, karena saya tidak menyaksikan secara langsung streaming konser itu, hanya mengamati dari twitter. Tapi pengalaman ini adalah pengalaman baru, dan terasa menyenangkan. Sama menyenangkannya seperti tahun 2006 dulu.

Suatu saat nanti ketika teknologi sudah lebih berkembang, mungkin konser seperti ini akan disiarkan di 4 platform. Apakah platform ke-4 itu? Ya, tunggu saja sampai teknologi berkembang lebih jauh lagi hehehe.

Opini: Piala Dunia 2014 antv dan tvOne, Antara Sia-Sia atau Strategi untuk Bakrie

Ini adalah opini saya saja. Bukan fakta yang terjadi di lapangan. Saat ini kabar ini memang belum pasti terjadi, walaupun mendekati kenyataan.

CT, Chairul Tanjung, yang disebut si anak singkong itu, kabarnya sedikit lagi akan menjadi pemilik dari Viva Group. Itu artinya antv dan tvOne akan segera menjadi saudara baru dari TRANS TV dan TRANS 7. Selain itu detik juga akan bersaudara dengan vivanews.

CT memang banyak mengembangkan bisnisnya. Saya tahu Baskin-Robbins karena sering “ngiklan” di TRANS TV sekitar tahun 2005, dan ternyata pada 2007 menjadi milik CT. TV7 dibeli CT pada 2006, menjadi TRANS 7. Kalau Carrefour saya sudah tahu CT masuk ke sana karena pemberitaan yang cukup masif tentang hal itu beberapa tahun lalu. Rencana membangun 20 TRANS Studio di Indonesia dan salah satunya di Malang juga pernah saya dengar. Kabarnya TRANS Studio masih melihat potensi di Kota Malang daripada di Kota Batu dengan pertimbangan jalan tol Malang–Pandaan yang juga terhubung ke Surabaya. Tapi itu masih lama sekali. Toh saya juga belum mendapat kabar lanjutan tentang hal itu. Tol Malang–Pandaan saja belum dibangun.

Tapi yang terpenting adalah yang akan segera terjadi ini. Viva akan segera masuk ke jajaran bisnis yang juga dimiliki oleh CT. Itu artinya sebentar lagi CT akan “menguasai” 4 frekuensi secara berjaringan, seperti MNC. Kita tahu MNC memiliki RCTI, MNC TV, dan Global TV, plus SINDOTV. Nah, kalau CT berhasil menguasai Viva, maka nantinya CT akan memiliki TRANS TV, TRANS 7, antv, dan tvOne.

Kita juga tahu antv dan tvOne sudah “dibelikan” hak siar Piala Dunia 2014 oleh Bakrie. Viva juga berencana membuat Vivasky yang nantinya mengandung SPORTONE untuk menunjang keperluan Piala Dunia yang akan berlangsung di Brazil itu. Semuanya sudah dipersiapkan oleh Bakrie.

Tapi, nampaknya Bakrie ingin melepas media yang dimilikinya. Hal ini sesuai dengan keinginan Bakrie untuk menguasai kembali perusahaan tambang BUMI daripada harus terus bertengkar dengan pemilik lainnya. Bakrie butuh dana segar untuk mendapatkan kembali BUMI.

Nampaknya pembelian hak siar Piala Dunia menjadi strategi Bakrie untuk menaikkan harga pasar Viva. Jika menjual Viva tanpa “sesuatu” harga Viva mungkin tidak akan naik. Maka dari itu, Bakrie berusaha untuk menguasai hak siar Piala Dunia sehingga tidak ada yang lain yang bisa membeli hak siar itu. Setelah bisa dipastikan hak siar Piala Dunia ada di tangan mereka, kemudian Piala Dunia dijadikan “paket jualan” Viva untuk mendongkrak harga pasarnya. Dengan harga Viva yang terdongkrak, maka Bakrie akan mendapat dana segar dengan jumlah besar untuk bisa menguasai BUMI.

Sebelumnya pihak Bakrie melalui Viva sendiri mengatakan bahwa mereka ingin menikmati keuntungan dari Piala Dunia 2014 di Brazil. Viva juga mengatkan bahwa Piala Dunia akan mampu mendongkrak pendapatan antv dan tvOne pada tahun 2014 nanti. Tapi, dengan dijualnya Viva, agak sia-sia juga Bakrie “berkeinginan” untuk merasakan keuntungan dari Piala Dunia 2014 itu, karena setelah Viva diual, keuntungan dari pembelian hak siar Piala Dunia justru tidak dirasakan Bakrie, tapi dirasakan oleh CT.

Analisa saya benar atau salah, saya tidak tahu. Tapi, ya ini sekedar opini, bukan fakta. Bagaimana benarnya ya hanya internal Bakrie yang tahu apakah hak siar Piala Dunia itu benar-benar dijadikan pendongkrak saja, atau justru menjadi suatu hal yang sia-sia karena keuntungannya tidak dirasakan oleh Bakrie secara maksimal di 2014.

Nah, kembali ke CT. Sampai ke paragraf ini saya baru ingat bahwa nantinya CT akan menguasai 5 frekuensi secara berjaringan, TRANS TV, TRANS 7, antv, tvOne, dan SPORTONE, kalau jadi diluncurkan sebagai terrestrial. Ini artinya MNC akan segera berada di posisi kedua dalam hal “penguasaan” frekuensi ini.

Namun saya masih belum mengetahui persis apakah antv masih juga dipegang oleh FOX International Channel melalui STAR setelah CT membeli Viva. antv memang tidak sepenuhnya dikuasai Viva. Selama ini saya membayangkan bahwa Viva memiliki 80% saham antv, dan 20% lainnya dimiliki STAR, sesuai dengan regulasi bahwa hanya 20% saham perusahaan media di Indonesia yang boleh dikuasai oleh asing. Saya meyakini bahwa STAR membeli antv pada 20 atau 30 September 2005 (walaupun banyak sumber lain mengatakan STAR membeli antv pada 30 April 2006, sedangkan transaksi saham tidak mungkin terjadi pada hari Minggu). Walaupun saya sempat membaca STAR sudah tidak lagi ada di antv sejak 20 September 2009 (ditandai dengan perubahan logo antv yang awalnya berbintang menjadi tidak ada “bintang sobek”nya) tapi sepertinya STAR masih ada di Viva, tidak secara langsung di antv.

Piala Dunia 2014, apakah menjadi sesuatu yang sia-sia atau justru menjadi strategi penjualan Viva oleh Bakrie?

antv dan tvOne Acak Siaran ISL

Kata kunci “ISL diacak” dan yang sejenis mendadak muncul di statistik blog ini. Beberapa bulan lalu ketika saya mencoba menonton ISL di TV berbayar, ternyata yang ada adalah program pengganti. Ternyata memang ada benarnya bahwa ISL memang diacak.

Sepakbola, olahraga paling “panas” di negeri ini. Sampai-sampai ada rebutan untuk menguasai induk organisasinya di sini, di Indonesia. Kompetisinya juga pecah jadi dua, IPL dan ISL.

Belakangan, melalui KLB PSSI, akhirnya PSSI menerima proposal ISL. Artinya IPL musim ini adalah IPL terakhir. Secara bisnis IPL juga sudah tidak menguntungkan lagi. Tidak ada lagi TV yang menyiarkan IPL setelah dulu IPL sempat menjadi primadona sementara dengan menjadi program INDOSIAR yang kemudian merebak ke METRO TV, kemudian bergeser ke TRANS TV dan TRANS 7, hingga kemudian IPL berlabuh di MNC Group.

ISL, sejak dimulai pada 2007 hingga sekarang ini masih bertahan di antv, dan kini juga meluas ke tvOne. ISL oleh masyarakat Indonesia kebanyakan dianggap lebih baik daripada IPL yang muncul belakangan. Hal ini terbukti dengan ramainya stadion pertandingan ISL dan begitu sepinya stadion pertandingan IPL. Hal ini makin terlihat pada tim sepakbola yang mengalami dualisme seperti AREMA yang pecah menjadi AREMA IPL dan AREMA ISL.

ISL sekarang menjadi “penguasa” karena masa depannya menjadi jelas lagi. Stasiun TV yang dari dulu memang terasosiasi dengan pengurus PSSI lama kecipratan imbasnya. Swing viewers seperti saya mungkin kebanyakan akan kembali menonton ISL setelah sempat terpesona dengan IPL.

Nampaknya Viva Group membaca hal ini. Dengan hak siar yang “dijual” eksklusif sampai 2018 (saya ingat antv pernah menyebut mereka memiliki hak siar ISL selama 10 tahun pada tahun 2008), menjadi satu keuntungan tersendiri. Mungkin karena antv merasa telah membeli mahal hak siar itu (padahal banyak pengamat persepakbolaan yang mengatakan hak siar itu terlalu murah untuk disebut eksklusif), akhirnya antv beserta tvOne memutuskan untuk mengacak siarannya.

Satelit umum diacak dan beberapa TV berbayar (sepertinya INDOVISION tidak terimbas hal ini) akhirnya harus menutup siaran antv dan tvOne selama ISL berlangsung dengan program pengganti. ISL hanya bisa disaksikan melalui terestrial FTA. Banyak penonton satelit yang sebal dengan hal ini.

Mungkin, ini adalah “ajang latihan” antv dan tvOne menjelang Piala Dunia 2014 di Brazil. Kita tahu Viva sekarang merancang Vivasky, TV berbayar baru. SPORTONE, stasiun TV baru mereka juga ditempatkan di sana. Yang pasti PD2014 hanya akan disiarkan di Vivasky tanpa TV berbayar yang lain, apa lagi parabola FTA.

ISL latihan, dan PD2014 adalah lapangan yang sesungguhnya. Bagi Anda yang memiliki parabola dan TV berbayar lain di luar Vivasky, sebaiknya bersiaplah kecewa. Kalau mau tidak kecewa, kembalilah kepada antena terestrial FTA, toh sebentar lagi ada digital, kualitasnya lumayanlah daripada terestrial analog. Toh gratis juga, enak kan?

Tapi di sisi lain masyarakat di wilayah blank spot yang hanya bisa mengakses satelit tentunya merasakan kekecewaan yang teramat sangat karena hiburan mereka sekarang menghilang ditelan acakan. Mereka yang seperti ini hanya bisa pasrah. Hanya mereka yang melek biss key saja yang bisa sedikit bernafas lega karena bisa menembus acakan itu. Tapi yang lain? Ya, pasrah lagi.

NAA tv Hilang di Malang dan Kediri, SIGI TV Muncul Lagi dari Tulungagung

Ada benarnya juga saya tidak langsung mengeluarkan tulisan berjudul “NAA tv” kemarin. Saya sendiri juga punya standar untuk artikel berjudul nama TV. Standar itu adalah: hanya TV yang telah mengudarakan program yang akan saya tulis artikel berjudul nama TV tersebut. Contohnya adalah GAJAYANA TV.

NAA tv adalah stasiun TV yang mulai mengudara pada Desember 2012. Sinyalnya diterima dengan cukup baik di Malang Raya. Tapi belum banyak yang mengetahui keberadaan NAA tv.

Kejutan diberikan oleh stasiun TV yang sangat muda itu. Tiba-tiba NAA tv menyalakan pemancar untuk kawasan Kediri Raya. Walaupun saya tidak terlalu memahami apakah NAA tv langsung mengambil siaran dari Malang atau mengudara secara terpisah, tapi hal ini bisa dibilang merupakan sebuah prestasi bagi NAA tv, yang langsung saya proyeksi akan mampu menyaingi DHAMMA TV yang juga mengudara di Malang Raya dan Kediri Raya.

Tapi, TV yang baru lahir itu kini menghilang. Kanal 21 UHF di Malang kosong. Tidak lagi terdeteksi color bar dengan logo NAA tv di tengah dan tulisan lainnya di layar bagian bawah.

Tidak hanya di Malang, NAA tv yang mengudara di kanal 31 UHF Kediri Raya juga menghilang. Tidak hanya sekedar menghilang, kanal ini kembali diisi oleh SIGI TV. Bahkan beberapa waktu sebelumnya NAA tv dan SIGI TV sempat dilaporkan berebut kanal dengan sama-sama mengudara di kanal yang sama.

Pertanyaan muncul di benak saya. Bagaimana bisa NAA tv yang bahkan telah membuka lowongan kerja yang cukup masif di Malang Raya mendadak hilang di kedua wilayah yang ditarget untuk menjadi wilayah siarnya. Mencoba menggabungkan pengalaman sebelumnya dan apa yang terjadi di Kediri, saya mencoba untuk menganalisa kejadian ini.

NAA tv mengudara hanya dengan color bar. Hal ini menjadi indikasi bagi saya bahwa NAA tv adalah TV yang benar-benar baru, apa lagi sebelumnya saya juga belum pernah mengetahui keberadaannya. Sebuah stasiun TV baru (maupun lama) pastinya harus mengurus perizinan.

Nah, menghilangnya NAA tv di kedua wilayah ini saya rasa berhubungan dengan proses perizinan itu. Kemungkinan, NAA tv belum melengkapi proses tersebut. Alhasil, NAA tv harus menghentikan siaran ujicoba yang dilakukannya.

Di Malang mungkin hal ini tidak terlalu nampak signifikan. Tapi di Kediri, semuanya bisa disebut sangat signifikan. Bagaimana tidak, di Kediri seakan terjadi “penataan frekwensi” di UHF. Banyak sekali stasiun TV lokal yang kanalnya bergeser, dan kemudian muncul SIGI TV Tulungagung, dan menyusul kemudian TVRI Jawa Timur pemancar Kediri.

Dari apa yang terjadi di Malang dan Kediri, saya mencoba menyimpulkan beberapa hal, yaitu:
Pertama: NAA tv di Malang dan Kediri nampaknya belum menyelesaikan keseluruhan proses perizinannya
Kedua: karena belum selesainya proses, pihak berwenang (KPI dan Balmon di Jawa Timur) memerintahkan NAA tv untuk mematikan kedua pemancarnya. Bisa jadi hal ini merupakan bagian dari penataan frekwensi di Kediri
Ketiga: SIGI TV Tulungagung yang kembali muncul kemungkinan adalah hasil dari proses yang berjalan. Kemungkinan SIGI TV Tulungagung saat ini memasuki fase ujicoba, sesuai dengan urutan proses perizinan di KPI, menggunakan frekwensi yang sejak dulu digunakan oleh SIGI TV, yaitu 31 UHF Kediri Raya

Ini hanya sekedar analisa dari pengalaman yang sudah terjadi sebelumnya. Analisa yang saya sampaikan ini bisa jadi salah, mengingat ini hanya sebuah analisa yang berkaca pada pengalaman yang sebelumnya. Kita patut menunggu apa yang akan terjadi berikutnya suatu saat nanti.