Ketika Adzan Tak Terdengar…

“Ya kan TV-TV itu pemiliknya beragama berbeda”

Maaf kalau tulisan ini harus saya buka dengan kalimat berbau SARA ini. Namun, terus terang, kalimat ini bukan saya yang membuat. Cari saja di twitter dengan kata kunci SCTV RCTI global tv (TV-TV yang tidak menyiarkan adzan) gak adzan (diikuti dengan kata-kata yang intinya tidak menyiarkan adzan).

Sebenarnya, semua TV ini menyiarkan adzan. Lantas, apa yang membuat orang-orang berpikir bahwa TV-TV itu tidak menyiarkan adzan, khususnya Maghrib?

Dunia pertelevisian Indonesia akhir-akhir ini diramaikan dengan istilah “konten lokal” dan “berjaringan”. Dua istilah ini bermunculan setelah pemerintah mewajibkan setiap stasiun TV nasional membuat sebuah stasiun TV lokal jika ingin tetap bersiaran nasional paling lambat 28 Desember 2009 setidaknya satu di Surabaya. Sekarang sepertinya semua TV nasional sudah punya stasiun TV lokal di Surabaya setelah TRANS TV, TRANS|7, dan globaltv menyusul belakangan setelah deadline dari pemerintah itu kadaluarsa.

Nah, TV nasional yang pusatnya di Jakarta itu tentunya akan menyiarkan adzan untuk Jakarta. Hal ini tak akan penting bagi penduduk daerah luar Jakarta. Mungkin atas dasar inilah akhirnya beberapa TV nasional memutuskan untuk tidak menyiarkan adzan ke luar Jakarta dan BoDeTaBek. Bagaimana caranya?

Kalau dipikir secara simple, mungkin perkiraan saya ini benar. Output siaran dipisah menjadi dua, Jakarta dan satelit. Ketika waktu Maghrib tiba, output satu yaitu pemancar Jakarta akan menyiarkan adzan Maghrib. Kemudian, output dua yaitu satelit diisi dengan iklan komersial seperti yang terlihat biasanya itu. Dengan demikian, maka adzan untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya akan tersiar di Jakarta saja, dan di luar itu akan ada iklan komersial.

Jika seperti ini, maka sebenarnya langkah berikutnya yang perlu dilakukan TV-TV nasional itu adalah memerintahkan pemancar luar Jakarta menyiarkan adzan Maghrib sesuai dengan waktu Maghrib wilayahnya sendiri. Dengan menjalankan yang seperti ini, bukankah mereka telah membuat suatu konten lokal bagi setiap daerah walaupun cuma tiga sampai lima menit?

Yang menjalankan langkah 1 adalah RCTI, SCTV, dan globaltv. Sementara yang sudah menjalankan langkah 1 dan 2 sementara ini hanya B Channel Network. TV lainnya kebanyakan masih menyiarkan adzan di satelit sehingga di luar Jakarta masih bisa mendapat adzan Maghrib Jakarta. Kalaupun di antena biasa adanya siaran lokal, biasanya dilakukan dengan pemotongan total siaran dari Jakarta. Yang melakukan pemotongan total adalah TVRI, SUN TV (sekarang SINDO TV), dan Spacetoon.

Teman saya bertanya “adzan Maghrib untuk siapa?”
Ya saya jawab sekenannya saja “untuk umat Islam lah”
Kemudian teman saya bilang “salah! Adzan Maghrib itu untuk DKI Jakarta dan sekitarnya”
Bertanyalah saya “kok bisa?”
Dia jawab “coba lihat TVmu di sekitaran jam 6, di TV pasti tulisannya ‘Saatnya Adzan Maghrib Untuk Wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya’. Iya nggak?”
Saya cuma geleng-geleng kepala, sedikit merasa tertipu tapi ada benarnya juga. Yah mudah-mudahan TV-TV itu bisa menjalankan langkah 1 dan 2 yang saya tulis tadi, jadi tebakan ini bakal jadi sebuah sejarah. Hehehe

Tulisan saya di paragraf 6 saya buat setelah saya membaca profil beberapa stasiun TV Indonesia (terutama yang tidak menyiarkan adzan ke luar Jakarta) yang ditulis di Wikipedia Bahasa Inggris

MNC TV: 1 Atau 20?

Bulan Oktober ini setahun yang lalu, sebuah stasiun TV swasta nasional mengubah nama dan wajahnya (walaupun sedikit). Ya, dari Tpi menjadi MNCTV

Tapi coba perhatikan animasi logonya. Kenapa ada angka 2 dan bentukan hati?
Awalnya saya berpikir “oh ya ulang tahun kedua” tapi saya ingat lagi umurnya baru setahun. Saya telusuri lagi sejarahnya dan akhirnya ingat bahwa MNC TV ini dulunya Tpi, dan jika tetap Tpi maka umurnya sekarang dua dasawarsa.

Hmmm, kenapa ya MNC TV sekarang berultah ke-20, padahal umurnya baru setahun? Kenapa ultah ke-20 dirayakan bulan Oktober, bulan kelahiran MNC TV? Kenapa tidak pada tanggal 23 Januari, ketika ulang tahun Tpi yang memang harusnya 20 sekarang?

Aneh, tapi unik juga. Seharusnya bulan Oktober ini berumur 20 tahun 10 bulan. Apa masih ingin bermain dengan angka 2010? Relaunch pada 20.10.2010 20:10 WIB, dan sekarang ultah ke 20 tahun + 10 bulan?

Yah… Terserah MNC sajalah mengaturnya bagaimana. Yang punya TV kan bukan saya hehe

Tapi semua TV yang berganti muka punya ulang tahun yang berbeda-beda. Ketika TV7 berganti menjadi TRANS|7, ulang tahunnya mengikut ulang tahun TRANS TV (atau TRANS Corp). Kemudian LatiVi jadi tvOne, ulang tahunnya menyesuaikan dengan hari lahir yang baru. Dan sekarang Tpi jadi MNC TV, ternyata ultahnya masih “nyantol” dengan ulang tahun Tpi tapi diganti tanggalnya.

Jadi, sekarang umur MNC TV itu 1 atau 20?

“Hebatnya” Kediri

Kediri, sebuah kota di Jawa Timur yang mulai berkembang menjadi kota yang lebih besar dari sekarang. Kota yang penduduknya 200.000an ini memiliki setidaknya 4 mall besar, lebih banyak satu buah daripada Malang yang baru punya 3 dengan “penduduk malam” berjumlah 700.000an dan “penduduk siang” berjumlah 1.000.000an orang. Ekonomi makro Kota Kediri nampak bagus, dan mikronya tidak terdengar ada masalah.

Dengan posisi geografisnya, Kediri jika kita gabungkan kabupaten dan kotanya bisa menangkap siaran yang cukup banyak. Siaran itu berasal dari 10 daerah yang ditangkap dari pemancar di 2 wilayah layanan siar, Kediri itu sendiri dan Surabaya.

Dari Kediri, ada 4 TV lokal, salah satunya komunitas. TV-TV itu adalah Dhoho TV, KSTV, BBS TV, dan TV komunitasnya Kaka TV. Dhoho TV menjadi bagian dari City TV Network sehingga bisa dapat siaran basket dari Jak TV. Ada juga KSTV yang ikut Tempo TV beberapa waktu lalu (mungkin masih sampai sekarang) dan sekarang juga ada program dari Antara TV. Kemudian BBS TV, sebenarnya saya tidak paham apakah siaran TV ini lokal Kediri sendiri atau mengikut BBS TV di Sidoarjo, karena setiap saya mencek siarannya selalu ada lagu saja, seperti TV yang sedang uji coba. Kaka TV dimiliki oleh sebuah perguruan tinggi Islam. Anggaplah keempat TV ini mewakili 2 daerah, Kota dan Kabupaten Kediri.

Dari Kabupaten Tulungagung, ada SIGI TV. Kemudian mewakili dua daerah, Kota dan Kabupaten Blitar, ada Rajawali TV yang biasa disebut RTV. Kemudian di Kota Kediri dan Kabupaten Kediri bagian utara-barat laut, bisa mendapatkan Bayu TV dari Nganjuk.

Mewakili Surabaya, bisa ditangkap di Kabupaten Kediri sebelah utara sampai timur laut, ada SBO TV, BCTV, TV9, arek televisi, dan Jtv Surabaya. SBO TV adalah “adik” dari Jtv yang TV kelas provinsi. BCTV adalah TV lokal yang sekarang menjadi bagian dari Kompas. TV9 adalah TV milik NU yang menjadi bagian dari Tempo TV, dan arek televisi adalah TV lokal yang kebanyakan programnya adalah mantan dan rekaman program terbaru antv.

Sekarang untuk TV kelas berjaringan. Untuk Kediri sendiri, ada dua TV berjaringan, Jtv Kediri dari Jtv Surabaya dan mewakili Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang, ada DHAMMA TV Kediri. Kemudian mewakili Surabaya, ada MNTV dan M&HTV. MNTV adalah TV berjaringan milik B Channel Jakarta, sedangkan M&HTV milik SUN TV yang sekarang SINDO TV.

Nasional? Ya ada banyak. Kediri ada sendiri dan dari Surabaya juga dapat. Jadi ketika TV nasional melakukan siaran lokal Surabaya, penduduk bisa melihat siaran nasional dari pemancar di Kediri (jika tidak digabung dengan Surabaya). Lengkap kan?

Keberuntungan Kediri adalah bahwa ketika penduduk punya dua anten, pertumpukan antar sinyal tidak terlalu mengganggu walaupun kadang juga dapat mempengaruhi satu sama lain. Ini disebabkan TV dari Surabaya ada pada kanal-kanal genap dan Kediri ada pada kanal-kanal ganjil. Jadi, kemungkinan interferensnya lebih kecil

Begitulah “hebatnya” Kediri dengan 12 TV lokal dan 4 TV berjaringan

SINDO TV

Senin, 26 September. SUN TV yang mengklaim menjadi TV berjaringan pertama di Indonesia (dan sepertinya benar begitu) berganti wajah nama menjadi SINDO TV. Apa yang berubah?

Kalau melihat yang ditampilkan di website resminya, http://www.sindotv.com/, sepertinya tidak ada yang berubah dari channel baru ini. Semuanya masih dari SUN TV tapi mungkin hanya diubah menjadi biru semua, karena SUN TV identik dengan jingga sebelum ini, sedangkan SINDO TV dari logo dan websitenya banyak bermain di biru dominan, merah, dan sedikit putih.

Tapi kalau namanya SINDO TV, berarti ada kemungkinan channel ini akan dimasuki orang-orang SINDO, baik SINDO RCTI maupun SINDO koran. Sebenarnya dulu saya melihat program berita Indonesia SUN TV dulu sudah bagus, malah saya anggap paling bagus kedua setelah globaltv di antara TV-TV milik MNC karena dulu SUN TV selain dari reporternya sendiri, juga mengumpulkan berita dari TV lain dalam group MNC. Malah SUN TV menjadi server dari berita-berita yang dikumpulkan oleh wartawan-wartawan MNC. Semoga nanti beritanya bisa lebih bagus dari jaman SUN TV dengan Indonesia waktu itu.

Sepertinya sisanya tidak ada yang berubah. Ya mudah-mudahan kualitasnya bisa lebih bagus dari SUN TV setelah beberapa waktu nanti, dan bisa memberikan konten berita yang bagus karena sekarang saya menganggap channel ini sebagai “TV koran”, bukan TV biasa lagi

Akhirnya, selamat mengudara SINDO TV!

TV Digital Harus Segera Masuk Malang

Televisi digital, sebuah sistem terbaru pertelevisian, menjanjikan gambar yang lebih jernih dan tahan terhadap cuaca yang beranomali terutama di musim hujan.

Hal lain yang ditawarkan oleh TV digital adalah satu frekuensi yang bisa diisi beberapa channel. Ini membuka kesempatan untuk berdirinya lebih banyak TV di suatu daerah.

Nah, di Malang kabarnya banyak sekali yang ingin mendirikan stasiun TV. Kalau ada yang mau memberi permodalan yang cukup saya juga mau mendirikan stasiun TV *eh laaah*. Tapi masalahnya, pemerintah memberi kanal cuma dari 22-62. Kebetulan kalau mau dibuat genap semua, tinggal 56 saja karena METRO TV pakai 55. Jadi, itulah kenapa menurut saya, sistem digital harus segera masuk ke Malang.

Walaupun saya tidak terlalu yakin akan kualitas TV-TV lokal yang akan berdiri, setidaknya ketika mereka lolos sampai dapat ijin, TV-TV ini bisa menjadi anggota dari TV berjaringan yang mulai menjamur, sehingga nantinya dapat meningkatkan kualitas TV lokal itu sendiri.

Dengan 6 TV lokal yang aktif sekarang, sebenarnya jumlahnya sudah terlalu banyak. Tapi dengan jumlah yang saya bilang terlalu banyak itu saya menganggap pasar di Malang belum tercakup semuanya. Sekarang 6 TV ini mulai berbeda satu sama lain walaupun ada juga yang masih bermain di area yang sama. Nah, karena ada beberapa yang masih bermain di area yang sama itulah akhirnya saya menganggap pasar di Malang masih cukup lebar.

Jika berminat, investor harus bisa melihat satu titik yang belum termanfaatkan. Sebenarnya saya tahu TV-TV yang ada sekarang ini sudah menyentuh titik pasar yang ini. Sayangnya, mereka kurang maksimal membuat produksi acara itu, sehingga kurang menarik minat warga lokal Malang sendiri. Sekali lagi jika benar-benar berminat dan punya permodalan serta pemasaran yang baik, serta fokus dan konsisten dalam mengupas objek yang satu ini, saya yakin TV itu nantinya akan menjadi TV yang besar di Malang Raya, bahkan mungkin bisa juga sebesar nama dari objek TV ini nanti, karena objek yang saya maksud ini punya nama yang besar di tingkat nasional. Silahkan dikira-kira apa sebenarnya objek yang saya maksud ini. Saya tunggu kehadiran TV Anda, investor 🙂

Intinya, sistem TV digital ini harus segera masuk ke Malang juga setelah Jakarta (dan mungkin Surabaya selanjutnya), bukan karena saya yang ingin cepat-cepat ada TV digital di Malang, tapi lebih karena pasar Malang Raya yang masih cukup lebar dan belum termanfaatkan.

Tentang KOMPAS

Ini adalah pendapat saya tentang KOMPAS. Yang saya maksud di sini adalah KOMPAS yang menjalankan layanan audio-visual, bukan media cetak. Pendapat ini bersifat personal dan subyektif.

Yang pertama, KOMPAS yang awalnya saya kira akan menjadi sebuah stasiun TV dan produknya telah disiarkan oleh 9 TV lokal yang ada di Indonesia sekarang ini ternyata bukan sebuah stasiun televisi tapi merupakan content provider sesuai yang disebutkan di websitenya. Atas hal tersebut, maka dengan ini saya dengan sangat menyesal menyampaikan bahwa KOMPAS tidak bisa saya masukkan ke dalam daftar ATVDN 2011 kategori manapun. Hal ini saya lakukan karena content provider yang lain tidak saya sebutkan dalam ATVDN (TEMPO TV, beberapa Home Shopping)

Kedua, setelah melihat perkembangan beberapa hari ini, saya melihat ada beberapa masalah yang menaungi KOMPAS. Masalah-masalah tersebut antara lain:
1. KOMPAS sebagai content provider terlalu mendominasi konten siaran di tingkat lokal. Hal ini tidak saya lihat pada content provider lain.
2. KOMPAS melakukan perjanjian dengan beberapa TV lokal yang ternyata belum mendapat izin siaran atau baru mendapat rekomendasi FRB saja. Hal ini dapat membahayakan posisi TV lokal yang ada di daerah (walaupun sepertinya ada juga beberapa TV/content provider lain yang juga melakukan kerjasama dengan TV yang izinnya belum lengkap).
3. Ada beberapa masalah lain juga yang disampaikan oleh KPI dalam pendapat yang disampaikan di website KPI (dan dimuat juga di beberapa website berita daring) yang saya sampaikan di bagian refrensi.

Ketiga, saya merasa content provider tidak perlu melakukan sebuah siaran. Seharusnya yang dilakukan content provider adalah membuat produk dan kemudian disiarkan oleh TV lokal yang diatur sendiri oleh TV lokal yang bersangkutan. Namun karena ada beberapa content provider yang juga melakukan siaran (walaupun tidak di-relay oleh stasiun TV lokal seperti KOMPAS), saya sementara ini tidak menghiraukan hal ini.

Keempat, terlepas dari ketiga hal yang sudah saya sampaikan di atas, saya sangat mendukung program-program KOMPAS yang benar-benar berbeda dari stasiun TV yang sudah ada sebelumnya. Tayangan produksi KOMPAS sangat saya rekomendasikan untuk semua yang mencari tayangan yang aman, menghibur, dan mendidik. Semoga KOMPAS dapat mempertahankan dan terus meningkatkan semua program yang sudah ada ini.

Itulah adalah pendapat saya tentang KOMPAS yang menyediakan layanan audio-visual.

Refrensi

http://m.detik.com/read/2011/09/09/145016/1718997/10/kpi-kompas-tv-tidak-punya-izin

http://www.kompas.tv/index.php/front/profil

Back Again Soon!

Hari-hari sebagai anak SMA dimulai lagi sejak libur akhir puasa-idul fitri berakhir. Saya akhirnya kembali kesulitan menemukan waktu untuk blog ini. Selain karena blog kedua saya (yang sengaja saya buat untuk tugas dan catatan harian saya), saya harus berurusan dengan banyak hal lain. Itulah kenapa saya belum menerbitkan tulisan lagi sampai sekarang.

Tapi saya pastikan bahwa saya akan segera kembali, karena melihat jadwal dari sekolah, saya bakal punya waktu yang cukup luang lagi sebentar lagi, mungkin akhir September ini. Sekarang ini saya akan melengkapi draft tulisan yang sudah saya buat sehingga nantinya bisa segera saya terbitkan di akhir September ini. Dan setelah saya habiskan semua draft yang ada, saya akan menulis dengan sistem tulis-terbit, sehingga saya tidak perlu menyimpan draft karangan yang akhirnya tidak terurus seperti sekarang ini. Draft-draft saya sekarang ini ada banyak dan semuanya belum sempat saya edit lagi karena hal-hal yang harus saya lakukan.

Sekarang, doakan saya sukses untuk mengeksekusi tugas-tugas dan hal-hal lain, dan sukses untuk menemukan waktu untuk blog ini ya. See you soon! 🙂